Makanan olahan Korea dengan cita rasa rumahan kini merambah konsumen semua umur. Mereka yang ingin tetap memasak bisa juga membeli paket bahan sesuai resep yang sudah teruji dan memasak dengan mudah dan dengan takaran yang pas.
Nasi yang dipanaskan dengan microwave, diluncurkan pada tahun 1996, berkontribusi pada peluncuran pasar makanan bergaya rumahan. Ini awalnya dijauhi oleh banyak konsumen. Tapi sekarang berbagai merek menjadi produsen yang mantap, dan pembelian di luar negeri meningkat. © CJ Cheiljedang
Brosur layanan pesan antar makanan mudah dijumpai di bangunan residensial di Korea, ditempel di lobi dan pintu. Biasanya, brosur-brosur ini berakhir di tempat sampah. Berapa banyakkah brosur restoran waralaba piza dan ayam goreng atau restoran tradisional Korea yang kita perlukan? Akhir-akhir ini, brosur-brosur ini juga menawarkan hidangan yang lebih menantang bagi lidah kita.
Sulit membayangkan ada orang Korea yang tidak pernah mengonsumsi makanan siap saji. Makanan-makanan olahan ini sangat menggoda bagi mereka yang hidup sendiri, pasangan, dan keluarga yang tidak memiliki waktu untuk berbelanja dan memasak.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Kelompok What’s Next dari Nielsen Korea pada tahun 2018 terhadap 1.000 orang Korea berusia 19-70 tahun mengenai kabiasaan makan, mereka yang hidup sendiri membeli makanan siap saji dengan menu rumahan tiga kali seminggu dan rumah tangga dengan dua orang atau lebih membelinya dua kali seminggu. Euromonitor, lembaga riset pasar yang lain, mengatakan pasar makanan siap saji domestik meningkat dari 1,02 triliun won di tahun 2014 menjadi 1,95 triliun won di tahun 2019. Angka ini diharapkan meningkat dua kali lipat menjadi 2,92 triliun won pada tahun 2024. Pandemi COVID-19 sangat memungkinkan angka tersebut tercapai, karena peraturan pengurangan kapasitas restoran dan pembatasan sosial jelas menaikkan popularitas paket makanan ini.
Seorang pembelanja memeriksa rak-rak makanan bergaya rumahan. Semur, sup, dan kaldu adalah bagian penting dari makanan Korea, tetapi mereka membutuhkan banyak waktu untuk disiapkan. Makanan RTH (siap dipanaskan) mempersingkat waktu di dapur. © NewsBank
Dua jenis semur yang bisa dinikmati dalam beberapa saat untuk membuka dan memanaskan dalam oven microwave. © Mom’s Touch
Makanan berkualitas restoran kini menjadi sangat populer di pasar makanan olahan, khususnya di antara penikmat makanan yang tidak bisa mengunjungi restoran berkelas karena pandemi virus korona.
Makanan Instan
Nasi yang hanya perlu dipanaskan dengan oven microwave kini banyak dikonsumsi. Ketika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996, makanan ini kurang mendapat sambutan dari konsumen. Nasi, tentu saja, menjadi makanan pokok orang-orang Asia. Banyak orang punya kepercayaan kuat bahwa tradisi memasak nasi di rumah harus tetap dipertahankan. Pada saat itu, ada juga kepercayaan yang keliru bahwa nasi instan tidak sehat. Walaupun sudah menggunakan teknik pemasaran yang menampilkan wajah para selebriti, perlu beberapa tahun sebelum akhirnya nasi instan diterima dalam kehidupan sehari-hari.
Saat ini, pemasok bahan makanan dan pasar swalayan yang memajang rak penuh dengan beragam merek nasi instan menunjukkan bahwa makin sedikit orang yang tidak suka makanan olahan daripada sebelumnya. Sekarang, makanan olahan dalam banyak jenis seperti sup, kaldu, makanan berkuah lain, dan makanan pendamping juga tersedia, sehingga konsumen bisa memasak makanan dengan paket bahan makanan yang mereka beli dari pasar swalayan ini.
Layanan pengiriman ke rumah untuk hansik (makanan tradisional Korea) makin meningkat setelah ada aplikasi pesan antar di ponsel pada tahun 2010. Belakangan ini, makanan utama dan makanan pendamping tradisional juga ditawarkan. Kalau mau ekstrem, kita bahkan bisa menikmati makanan rumahan tanpa memegang pisau sama sekali selama seminggu penuh.
Ada empat jenis paket yang ditawarkan. Makanan siap santap (ready-to-eat/RTE), dapat dimakan begitu saja; makanan yang harus dipanaskan (ready-to-heat/RTH), yang sudah dimasak tapi harus dihangatkan dalam open microwave atau dengan memakai panci; paket makanan siap masak (ready-to-cook/RTC), yang berisi paket bahan-bahan yang sudah diracik; dan paket makanan siap racik (ready-to-prepare/RTP), yang berisi semua bahan yang diperlukan tapi konsumen harus meracik dan memasaknya sendiri.
Meski memerlukan lebih banyak pekerjaan dan waktu, paket makanan siap masak (RTC) dan makanan siap racik (RTP) semakin populer dengan konsumen yang ingin merasakan sensasi memasak. Setelah kemunculannya pertama kali di pasar swalayan, paket makanan ini makin diminati di layanan pesan antar. Sekarang, makanan pendamping juga sudah tersedia, sehingga waktu untuk memasak hidangan utama lebih leluasa.
Hidangan Adiboga
Pembeli yang mencari kesenangan dan kepuasan memasak dapat memilih paket makanan RTP (siap racik). Varietas kelas atas yang dibuat oleh koki veteran adalah daya tarik terbaru bagi pecinta kuliner untuk menikmatinya tanpa berbelanja dan mengolahnya lebih dahulu. © CJ Cheiljedang
Seperangkat makanan Korea bergaya rumahan dipamerkan dalam acara promosi pengganti makanan rumahan, yang diadakan di CJ Injaewon, Seoul pada bulan Oktober 2017. Semula ditujukan untuk bujangan dan wanita pekerja, makanan yang sudah dimasak sebelumnya ternyata lebih banyak menarik perhatian konsumen lansia yang awalnya bersikap negatif terhadap makanan seperti itu. © Kantor Berita Yonhap
Pemasaran dalam industri makanan siap saji bergeser dari penekanan pada kepraktisan dan harga yang terjangkau ke makanan yang mementingkan juga cita rasa. Kini makanan dengan kualitas restoran menjadi sangat populer, khususnya di antara penikmat makanan yang tidak bisa mengunjungi restoran berkelas karena pandemi virus korona.
Sekarang makanan siap saji juga menawarkan makanan “premium”. Tiga belas koki veteran yang bekerja di dapur hotel bintang lima selama lebih dari 10 tahun mengembangkan makanan untuk CJ Foods, termasuk hidangan internasional seperti gambas al ajillo (udang bawang Spanyol, yang menjadi makanan favorit orang-orang muda), pad thai (mi goreng Thailand) dan oyakodon (hidangan nasi dalam mangkuk khas Jepang dengan ayam dan telur). Korea Yakult, pelopor dalam pasar paket makanan, juga menawarkan masakan para koki yang dapat kita nikmati di rumah.
Menurut Market Kurly, sebuah perusahaan rintisan layanan pesan antar makanan rumahan dan bahan masakan, penjualan makanan berkualitas restoran melonjak 175 persen di paruh pertama tahun 2020. Market Kurly menawarkan beragam produk seperti galbitang (sup iga sapi), makchang (jeroan sapi panggang), naengmyeon (mi dingin) dan ssalguksu (mi beras) yang dikembangkan oleh jaringan restoran terkenal di negeri ini.
Gaya Hidup Milenial
Pertumbuhan pasar makanan olahan dipengaruhi oleh peningkatan jumlah rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang dan pasangan dengan penghasilan ganda, dan juga gaya hidup generasi milenial. Kata milenial mengacu kepada mereka yang lahir antara tahun 1980-an dan awal tahun 2000-an, dan gaya hidup mereka adalah “efisien.” Mereka ingin memasak makanan yang lezat, tapi tidak menyukai proses yang rumit dan memakan banyak waktu, termasuk belanja dan persiapan sebelum memasak. Keinginan ini membuat mereka memilih makanan olahan dengan menu rumahan, khususnya paket makanan siap masak (RTC) dan makanan siap racik (RTP) yang praktis tapi mereka masih bisa menikmati sensasi memasak.
Peran rumah yang makin beragam di masa epidemi virus korona adalah faktor lain yang meningkatkan pasar makanan olahan bercita rasa rumahan ini. Kini rumah berfungsi sebagai ruang untuk semua aktivitas, seperti bekerja, belajar, menjalankan hobi dan menonton televisi dan film melalui perangkat bioskop rumah. Makanan olahan merupakan alternatif penting dalam situasi ketika orang-orang muda tidak bisa makan di luar. Paket makanan ini menyediakan resep yang membantu mereka memasak makanan dengan kualitas makanan restoran seperti sukiyaki, acar salmon dan tuna, dan yangjangpi (campuran olahan hasil laut, daging dan sayuran dengan saus mustard).
Selain orang-orang muda, orang lanjut usia dan rumah tangga dengan anak kecil juga merupakan kelompok konsumen yang sangat besar. Barangkali industri ini akan berkembang lebih besar lagi, termasuk makanan pengganti ASI untuk bayi dan makanan cair untuk orang sakit.
Mari kita lihat seberapa jauh makanan olahan ini akan berevolusi “lebih dari sekadar rasa.”