메인메뉴 바로가기본문으로 바로가기

Features

2021 AUTUMN

Huruf Fonetik untuk Rakyat

Sepanjang sejarah umat manusia, Han-Geul (huruf Korea) adalah satu-satunya huruf yang jelas siapa penciptanya, kapan diciptakan, dan apa tujuan penciptaannya. Selain itu, Han-Geul merupakan huruf pertama yang membedakan bunyi awal, tengah, dan akhir dalam satu suku kata, dan dinilai sebagai huruf yang terorganisasi dan sistematis karena huruf konsonan dan vokalnya yang mengeluarkan suara serupa memiliki kemiripan morfologi.

fea2_1.jpg

Raja Sejong (memerintah 1418-1450), penguasa keempat Dinasti Joseon dan raja Korea yang paling dihormati, menemukan Han-Geul dan memperlihatkan kebangkitan budaya selama pemerintahannya. Patung raja bijak, setinggi 6,2 meter dan lebar 4,3 meter, mendominasi Gwanghwamun Square, jantung kota Seoul, di depan Istana Gyeongbok.
© Ha Ji-kwon

Han-Geul adalah huruf yang diciptakan oleh Raja Sejong (1418-1450), raja Dinasti Joseon yang ke-4, pada tahun 1443 dan diumumkan pada tahun 1446. Bahasa lisan memang sudah ada sebelum Han-Geul diciptakan, tetapi ketika itu belum ada bahasa tertulis yang dapat mewakili bahasa lisan sehingga orang Korea cukup lama harus menggunakan karakter dan teks Tionghoa. Namun, karakter dan teks Tionghoa disusun berdasarkan bahasa Tionghoa, sehingga sulit untuk mengekspresikan bahasa lisan Korea dengan baik.

Dalam situasi di mana bahasa lisan dan tertulis terpisah-pisah, golongan atas yang relatif fasih menggunakan karakter dan teks Tionghoa ini dapat mempertahankan pengaruhnya. Sebaliknya, rakyat biasa yang harus berkecimpung dalam perdagangan sulit untuk mempelajari dan menggunakan tulisan ini. Raja Sejong mengembangkan huruf baru yang dapat dipelajari dengan mudah dan digunakan oleh rakyat, dan apa yang lahir dari jerih payahnya adalah Han-Geul.

Jika melihat kepada sejarah huruf dunia secara garis besarnya, Han-Geul tidak beranjak dari arus utama sejarah tersebut. Namun, dibandingkan dengan huruf-huruf utama lainnya yang digunakan oleh lebih dari puluhan juta orang hari ini, Han-Geul memiliki ciri khas yang jelas dan nyata dalam latar belakang dan prinsip penciptaannya.

Bagaimana Han-Geul Diklasifikasikan dalam Sejarah Huruf Dunia?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui penjelasan mengenai fonologi dan ideografi terlebih dahulu. Huruf tidak bisa dipisahkan dari bahasa lisan (spoken language), dan ia didefinisikan dalam hubungannya dengan bahasa lisan. Di antara satuan-satuan yang membentuk bahasa lisan, ada satuan yang menunjukkan bunyi tertentu tetapi tidak mengandung arti tersendiri seperti fonem (phoneme) atau suku kata (syllable). Kemudian, ada pula satuan yang tidak hanya menunjukkan suatu bunyi saja, tetapi juga memiliki arti khusus tersendiri seperti morf (morpheme) atau kosa kata. Satuan yang pertama disebut fonografi dan satuan lainnya disebut ideografi.

Han-Geul yang termasuk dalam fonologi, dalam sistem penulisannya, alfabet ‘ㄱ’ dan ‘ㅏ’ hanya menunjukkan sebuah konsonan dan vokal dari bahasa lisan Korea dan tidak memiliki arti apa pun. Sebaliknya, karakter Tionghoa ‘首’ yang merupakan huruf ideografi, memiliki kedudukan sejajar dengan suatu kosa kata bahasa lisan Tionghoa. Kosa kata ini berbunyi ‘shŏu’, dan juga memiliki arti “kepala, terbaik, ketua”. Ketika karakter Tionghoa ‘首都’ mengacu pada ‘shŏudū’, makna kata ini hidup. Namun, jika karakter ‘首尔’ mengacu pada Seoul dan dilafalkan ‘shŏu’ěr’, maka makna aslinya akan hilang. Hal ini merupakan contoh penggunaan karakter sistem ideografi yang mengikuti metode khusus daripada metode asli sesuai dengan kebutuhannya. Cara penggunaan semacam ini disebut “prinsip rebus” (peminjaman suatu karakter untuk sebuah kata karena tidak ada karakter yang dapat merepresentasikan makna kata tersebut).

Apakah Han-Geul Mendapat Pengaruh dari Huruf Lain?
Huruf-huruf yang digunakan oleh umat manusia sebagian besarnya berangkat dari ideogram. Awalnya ideogram digunakan baik secara ideografis maupun secara fonetik. Kemudian, fonografi muncul ketika penggunaan secara fonetik menjadi lebih unggul seiring dengan penggunaannya, sehingga hanya cara penggunaan inilah yang terus digunakan.

Abjad Fenisia yang mendapat pengaruh dari ideogram Mesir, berubah menjadi huruf fonetik; berkembang menjadi huruf Yunani, Sirilik, dan Romawi di wilayah Barat, dan menjadi huruf Ibrani dan Arab di wilayah Timur. Dalam perkembangan huruf fonetik, terdapat kecenderungan yang konsisten. Di antara konsonan dan vokal dalam huruf Ibrani dan Arab, umumnya hanya konsonan yang ditulis sepenuhnya. Huruf semacam ini disebut “abjad”, dan abjad Asia Barat ini berkembang menjadi “alfasilabis (abugida)” di India. Jika huruf vokal yang mengikuti huruf konsonan adalah vokal kardinal (default vowel), maka ia tidak ditandai sama sekali. Sementara untuk huruf vokal lainnya yang mengikuti huruf konsonan, ia ditandai dengan menambahkan diakritik (diacritic).

Secara geografis, terlihat tanda semakin meningkatnya kemandirian huruf vokal ketika semakin bergerak ke wilayah Timur. Han-Geul yang muncul sedikit lebih lambat daripada huruf Tibet dan Phagspa, menciptakan alfabetnya yang sempurna ketika kecenderungan semacam ini mencapai puncaknya.

Berapa Banyak Orang yang Menciptakan Han-Geul?
Sulit untuk menentukan siapa pencipta huruf-huruf utama yang digunakan oleh lebih dari puluhan juta orang di seluruh dunia saat ini. Sebab, semua huruf tersebut mengalami perubahan dan penyebaran secara spontan dalam kurun waktu yang lama. Hanya Han-Geul yang menjadi pengecualian. Han-Geul adalah huruf yang diciptakan oleh seorang tokoh dalam waktu yang sangat singkat.

Meskipun cukup luas tersebar perkiraan bahwa Han-Geul diciptakan oleh beberapa cendekiawan Jiphyeonjeon, yaitu sebuah badan penelitian akademis pada masa Dinasti Joseon, tetapi sangat besar kemungkinannya Han-Geul diciptakan oleh raja Sejong jika mengacu kepada gabungan beberapa catatan sejarah. Jika melihat Catatan Harian Kerajaan Joseon – catatan sejarah yang merangkum peristiwa dan berbagai fakta lainnya yang terjadi di istana kerajaan selama masa pemerintahan raja pada masa Dinasti Joseon.

Raja Sejong memiliki pemahaman mendalam mengenai fonologi Tionghoa, sehingga tentunya ia mampu meneliti sistem fonem bahasa Korea pada masa itu dan meneliti hubungan di antara fonem-fonem tersebut secara mendetail seorang diri. Setelah sendiri menciptakan Han-Geul, barulah raja Sejong mulai mengerahkan para cendekiawan Jiphyeonjeon dalam penyusunan buku dengan menggunakan Han-Geul.

fea2_3.jpg

“Episode Kehidupan Sakyamuni Buddha” (Seokbo sangjeol), Vol.6, 9, 13, 19. 1447. Cetakan jenis logam. Koleksi Perpustakaan Nasional Korea.Atas permintaan Raja Sejong, putra keduanya, Pangeran Suyang (yang akan menjadi Raja Sejo), menyusun biografi sejarah Buddha dan ringkasan khotbahnya, berdasarkan sutra Buddha yang ditulis dalam bahasa Cina. Diterbitkan untuk mengenang Ratu Soheon, yang meninggal pada tahun 1446, ini adalah buku pertama yang diketahui sepenuhnya ditulis dalam aksara Korea setelah pembuatannya.
© Perpustakaan Nasional Korea

fea2_4.jpg
fea2_5.jpg

“Nyanyian Bayangan Bulan di Seribu Sungai” (Worin cheongang ji gok), Vol. 1. Cetakan jenis logam. 1447. Koleksi Museum Buku Teks MiraeN.Ini adalah kumpulan puisi yang disusun oleh Raja Sejong, memuji perbuatan baik Buddha Sakyamuni.Itu ditetapkan sebagai Harta Nasional pada tahun 2017.
ⓒ Atas kebaikan Administrasi Museum Buku Teks dan Warisan Budaya MiraeN

Bagaimana Karakteristik Han-Geul sebagai Huruf Fonografi?
Dalam fonologi, Han-Geul merupakan huruf fonem, dan dalam fonem itu sendiri Han-Geul adalah alfabet. Satuan dasar sistem penulisan huruf ini sesuai dengan fonem bahasa lisan, dan huruf konsonan dan vokalnya berada dalam kedudukan yang setara. Dalam hal ini, Han-Geul serupa dengan alfabet Romawi. Namun, alfabet Romawi ataupun alfabet lainnya tidak memiliki bentuk alfabet yang serupa untuk dua buah fonem yang memiliki kemiripan.

Jika melihat alfabet Romawi sebagai sistem penulisan bahasa Inggris, maka p dan b adalah bilabial, t dan d adalah alveolar, k dan g adalah velar. Tiap-tiap alfabet tersebut tidak memiliki kemiripan bentuk meskipun memiliki posisi artikulasi yang sama. Selain itu, huruf p, t, k adalah konsonan tak berbunyi (voiceless), dan huruf b, d, g adalah vibran (voiced) – namun huruf-huruf dalam kedua jenis konsonan ini tidak terdapat kemiripan bentuk. Berbeda dengan hal tersebut, Han-Geul memperlihatkan kemiripan bentuk alfabet-alfabet yang berada dalam posisi artikulasi serupa seperti bilabial ㅁ, ㅂ, ㅍ, ㅃ; alveolar ㄴ, ㄷ, ㅌ, ㄸ; dan velar ㅇ, ㄱ, ㅋ, ㄲ.

Selain itu, dari segi bunyinya pun terdapat hubungan bentuk yang konsisten seperti konsonan nasal ㅁ, ㄴ, ㅇ; konsonan dasar obstruen ㅂ, ㄷ, ㄱ; konsonan aspirasi ㅍ, ㅌ, ㅋ; dan konsonan glotal ㅃ, ㄸ, ㄲ. Jika menambahkan garis pada konsonan nasal maka akan terbentuk konsonan obstruen (ㅁ→ ㅂ, ㄴ→ㄷ), kemudian menjadi konsonan aspirasi jika menambahkan garis lagi di atasnya (ㅂ→ㅍ, ㄷ→ㅌ, ㄱ →ㅋ), dan jika menyejajarkan dua buah huruf konsonan obstruen terbentuklah konsonan glotal (ㅂ→ㅃ, ㄷ→ㄸ, ㄱ→ㄲ). Hubungan bunyi yang diref leksikan sedemikian rupa ke dalam bentuk huruf seperti ini sulit dicari dalam alfabet lain.

특집1-8페이지_자음모음(IN).png

Tabel ini menggambarkan prinsip-prinsip di balik konstruksi aksara Han-Geul. Lima konsonan dasar (ㄱ, ㄴ, ㅁ, ㅅ, ㅇ), dirancang untuk meniru organ vokal yang digunakan untuk mengartikulasikannya – gigi geraham, lidah, bibir, gigi depan dan tenggorokan, masingmasing – memiliki guratan yang ditambahkan untuk membuat lebih banyak aksara. Tiga komponen dasar vokal, yang dimodelkan mengikuti langit (ㆍ), bumi (ㅡ) dan manusia (ㅣ), digabungkan dalam berbagai cara untuk mewakili suara yang berbeda.

Secara geografis, terlihat tanda semakin meningkatnya kemandirian huruf vokal ketika semakin bergerak ke wilayah Timur. Han-Geul yang muncul sedikit lebih lambat daripada huruf Tibet dan Phagspa, menciptakan alfabetnya yang sempurna ketika kecenderungan semacam ini mencapai puncaknya.

fea2_7.jpg

Ini adalah beberapa dari lebih 600 keping logam Han-Geul yang digali pada Juni 2021 di Insa-dong, pusat kota Seoul.
Lebih dari 1.600 keping jenis logam yang diproduksi pada awal Dinasti Joseon ditemukan selama penggalian dan survei sebelum proyek pembangunan kembali perkotaan. Mereka menampilkan huruf-huruf dari versi alfabet paling awal.
Temuan lain dari situs yang sama termasuk bagian dari jam matahari dan jam air, keduanya mungkin dibuat pada masa pemerintahan Raja Sejong, dan beberapa senjata api yang berasal dari akhir abad ke-15 atau ke-16.
Selama Dinasti Joseon, banyak kantor pemerintah berlokasi di Insa-dong, dekat Istana Gyeongbok. Peninggalan itu mungkin terkubur dalam guci gerabah sekitar tahun 1588. Dari enam lapisan pendudukan berbeda yang diidentifikasi di daerah tersebut, relik ditemukan di lapisan terendah, sekitar 3 meter di bawah tanah.
ⓒ Administrasi Warisna Budaya

Bagaimana Penyebarluasan Han-Geul?
Pada masa awal terbentuknya Han-Geul, para cendekiawan tetap lebih banyak menggunakan karakter dan teks Tionghoa, sementara Han-Geul tidak begitu dihargai. Dalam kondisi seperti ini, penyebaran penggunaan Han-Geul semakin meluas secara bertahap, dan dalam penyebarannya kaum perempuan, agama Buddha, serta novel memegang peranan penting.

Pada masa pra-modern, perempuan yang bahkan berasal dari golongan berpengaruh kurang mendapat pendidikan secara sistematis dibandingkan dengan para lelaki. Beberapa perempuan yang memiliki kemampuan dan motivasi untuk belajar dapat mempelajari dan menggunakan karakter Tionghoa, namun kebanyakan wanita tidak fasih membaca karakter Tionghoa sehingga mereka lebih sering menggunakan Han-Geul. Anak perempuan yang telah pergi menikah biasanya surat-menyurat dengan ibu mereka menggunakan Han-Geul.

Sementara dalam agama Buddha, untuk menyebarkan ajaran Buddha kepada khalayak seluas mungkin, kitab suci Tripitaka dalam bahasa Tionghoa diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dengan menggunakan Han-Geul dan kemudian disebarluaskan. Meskipun Dinasti Joseon terlihat seolah-olah menetapkan neo-konfusianisme sebagai ideologi negara dan menolak agama Budddha, namun sebenarnya cukup banyak orang-orang di kalangan kerajaan yang secara pribadi mengikuti ajaran Buddha dan kadang-kadang kitab suci Tripitaka juga diterbitkan dengan dukungan mereka.

Di sisi lain, kita juga perlu memperhatikan gejala di mana orang-orang, baik pria maupun wanita tanpa memandang golongan sosial, mulai menikmati novel ketika memasuki masa akhir Dinasti Joseon. Awalnya, hanya sejumlah kecil orang saja yang dapat membaca Han-Geul, dan budaya percetakan swasta belum berkembang dengan baik, sehingga novel dalam Han-Geul ditulis dengan tangan dan orang-orang menikmati novel tersebut secara bergiliran. Seseorang yang mampu membacakan isi cerita dengan menarik dan mengekspresikannya dengan penuh rasa, sering kali mengumpulkan orang-orang dan membacakan novel untuk mereka. Kemudian, semakin banyak orang yang merasa kurang puas mendengarkan apa yang diceritakan oleh orang lain saja dan ingin belajar membaca sendiri. Keinginan untuk menikmati novel telah mendorong perkembangan literasi Han-Geul. Dari abad ke-18 hingga awal abad ke-20, penyebaran peredaran novel dan bertambahnya jumlah penduduk yang mampu membaca Han-Geul memberikan pengaruh besar terhadap penyebarluasan penggunaan Han-Geul.

Park Jin-hoProfesor Jurusan Kesusastraan Korea Universitas Nasional Seoul

전체메뉴

전체메뉴 닫기