Pada November tahun lalu, Kim Ki-min memerankan Pangeran Siegfried dalam pertunjukan “Danau Angsa (Swan Lake)” yang dimainkan oleh Grup Balet Mariinsky Rusia di Pusat Kesenian Seoul (Seoul Art Center). Dalam Grup Balet Mariinsky yang memiliki sejarah gemilang, Kim Ki-min merupakan penari asing pertama yang mendapat peran utama. Pada tahun 2016 ia meraih penghargaan penari laki-laki terbaik di festival tari yang paling bergengsi “Benois de la Danse” dan mengukuhkan reputasi internasionalnya. Yoon Ji-young mewawancarai Kim Ki-min melalui telepon.
Kaya ekspresif, lompatan Kim yang menawan dan luar biasa, melayang dalam tempo panjang mengasyikkan penonton. Foto ini diambil oleh fotografer bergengsi Park Gwiseop (juga dikenal sebagai BAKi) di studionya, untuk sebuah pameran yang menandai ulang tahun ke 20 Jurusan Seni tari, Universitas Seni Nasional Korea, pada tahun 2015.
Kim Ki-min memulai balet saat berumur sepuluh tahun bersama kakaknya, Kim Ki-wan, yang ketika itu sedang aktif sebagai solois di grup Balet Nasional Korea. Ia memasuki Universitas Seni Nasional Korea (Korea National University of Arts) seusai pendidikan Sekolah Menengah Pertamanya sebagai penari balet jenius, dan langsung bergabung dengan Grup Balet Mariinsky begitu lulus dari universitas ini. Ia merupakan penari laki-laki Asia pertama yang diterima oleh grup balet yang memiliki sejarah sepanjang hampir 300 tahun ini. Ketika itu ialah tahun 2011, saat ia berumur 19 tahun.
Percaya Akan Potensi Penari
Yoon Ji-young (Yoon): Apakah ada alasan khusus mengapa Anda memilih Rusia sebagai panggung pertunjukan Anda?
Kim Ki-min (Kim): Sewaktu saya belajar di bawah bimbingan dua guru yang dulunya merupakan penari unggulan di Grup Balet Mariinsky – yaitu Vladimir Kim dan Margarita Kulik – selama hampir sepuluh tahun, saya terpikat dengan balet gaya Rusia. Saat Grup Balet Mariinsky mengunjungi Korea pada tahun 2011, saya bertemu dengan ketua grup balet ini, yaitu Yuri Fateyev, atas rekomendasi Vladimir Kim. Enam bulan selepas itu saya bergabung dengan grup balet ini melalui audisi, dan dari tahun 2015 hingga sekarang saya aktif di sini sebagai penari utama. Memang saya telah berusaha keras, namun mungkin usaha itu akan sia-sia jika tidak ada guru-guru yang mendukung dan mempercayai saya. Sekarang saya sedang menikmati kehidupan musim panas yang romantis dan malam musim dingin yang sedikit lebih panjang daripada Korea di Sankt Peterburg.
Yoon: Setahu saya, di antara 200 penari dalam Grup Balet Mariinsky hanya terdapat dua orang penari asing. Menurut Anda, apa keunggulan grup balet ini?
Kim: Di Korea ada kecenderungan para penari dengan kondisi fisik yang lebih unggul mengambil tokoh utama. Tetapi di sini seberapa kecil pun tinggi badan atau sekurang apa pun kondisi fisik seseorang, jika dianggap sebagai penari berbobot yang mampu mengekspresikan tokoh peranannya, maka penari itu akan berdiri di panggung sebagai pemeran utama. Grup ini memiliki kemampuan melihat potensi para penarinya. Bagian inilah yang ingin saya banggakan sebagai anggota Grup Balet Mariinsky.
Selain itu Grup Balet Mariinsky mampu mengekspresikan warna asli tiap-tiap karyanya, sehingga pada umumnya grup balet ini tidak membatasi atau menghalangi tafsiran dan akting para penarinya yang beragam. Saya ambil adegan upacara kedewasaan Pangeran Siegfried dalam “Danau Angsa” sebagai contohnya. Ketika memerankan adegan ini, apresiasi dan ekspresi yang berbeda bisa muncul tergantung pada siapa penarinya dan bagaimana kondisinya saat itu. Bahkan akting tersebut dapat berbeda-beda berdasarkan suasana hati sang penari.
Kalau saya, saya tidak menunjukkan gerakan tertentu untuk memperlihatkan bahwa saya adalah pangeran karena para penonton telah mengetahui tokoh yang saya perani. Sebagai gantinya, saya berusaha untuk mengekspresikan sisi batin sang pangeran secara alami. Saya sering mendengar komentar bahwa pangeran yang saya tokohi “tersenyum dari luar namun terdapat kesepian yang tidak dapat diketahui”. Meskipun rincian halus sepertinya tidak terlihat dari kursi penonton, namun sebenarnya semua itu tersampaikan.
Yoon: Menurut Anda, kira-kira apa keunggulan Grup Balet Mariinsky dan lebih luasnya lagi keunggulan balet Rusia?
Kim: Pertama, saya pikir lingkungan balet seperti sekarang ini dapat terbentuk karena balet mendapat dukungan negara sejak Rusia masih dalam bentuk Uni Soviet. Teater Mariinsky juga mengalami perkembangan yang signifikan karena balet merupakan bagian utamanya. Teater ini memiliki fasilitas lengkap yang membuat para penarinya ingin menari.
Kim menari sebagai Aminta di “Sylvia” Ballet Mariinsky di Teater Mariinsky pada tahun 2015. Dengan musik oleh Léo Delibes dan koreografi oleh Frederick Ashton, ini adalah karya balet klasik dari periode Romantis abad ke-19, yang menceritakan kisah cinta antara sang gembala Aminta dan peri Sylvia.
Tetapi yang paling membuat saya terkejut saat saya pertama kali berdiri di panggung adalah tingginya kualitas apresiasi para penontonnya. Pernah suatu kali seorang penonton menelepon saya dan menyampaikan pendapatnya mengenai kostum dan gerak-gerik saya satu per satu secara mendetail. Memang mendapat telepon dari penonton merupakan pengalaman yang baru, tetapi saya terkejut karena pendapat yang ia ajukan itu cukup profesional.
Tingginya apresiasi para penonton di sini sudah pasti dikarenakan oleh dukungan kebijakan yang penuh. Tetapi hal ini juga akan mustahil tercapai jika tidak ada peran aktif para penari dunia yang mewakili masa itu seperti Vaslav Nijinsky, Rudolf Nureyev, dan Mikhail Baryshnikov. Bahkan saya saja akan mengantre di depan teater untuk menonton pertunjukan mereka. Saya pikir berbagai macam syarat yang dapat memperluas dasar budaya berbaur menjadi satu sehingga wadah para penonton juga meluas dan kualitas mereka pun ikut meluas.
Memperkaya Apresiasi Penonton
Yoon: Di Korea, balet bukan kesenian yang umum. Usaha apa yang diperlukan untuk mengembangkan balet di Korea?
Kim: Saya merasakan adanya perbedaan antara budaya balet di Korea dan Rusia. Contohnya di Korea kalau penari laki-laki jatuh atau menjatuhkan penari perempuan saat pertunjukan, para penonton cenderung menilai kemampuan penari tersebut berdasarkan kesalahan tersebut. Tetapi penonton di Rusia menerima kesalahan hanya sebagai kesalahan saja dan terus memperhatikan apa yang akan diperlihatkan oleh sang penari selanjutnya. Kemudian begitu pertunjukan selesai, para penonton akan memberikan penilaian mereka secara keseluruhan. Jadi mereka tidak mempermasalahkan kesalahan kecil yang terjadi seketika dalam pertunjukan dan menilai keseluruhan pertunjukan atau kemampuan penari melalui kesalahan itu.
Yoon: Secara luas, menurut Anda dari mana para penonton mendapatkan kemampuan melihat nilai kesenian seperti yang Anda jelaskan tadi?
Kim: Ada perbedaan besar ketika melihat gambar “Mona Lisa” karya Leonardo da Vinci tanpa pengetahuan apa-apa dan dengan mendengar penjelasan mengenainya dari pemandu museum. Balet juga demikian. Seperti kata-kata “hanya dapat melihat sedalam apa yang kita ketahui”, saya berpendapat bahwa menggugah rasa ingin tahu para penonton dan membuat mereka belajar juga merupakan tugas penari. Untuk itu penari harus menari yang dapat menarik perhatian penonton. Pertunjukan harus menarik dari sudut pandang para penonton, sehingga dapat memancing rasa penasaran dan membuat mereka belajar mengenai pertunjukan yang mereka tonton. Dengan kata lain, pada akhirnya bukan hanya teknik mewah saja yang penting.
Memang balet Korea telah mencapai kelas dunia dari segi teknik, tetapi untuk dapat berkembang lebih jauh lagi Korea harus fokus pada apa yang disebut dengan “kultura (кульtўра)” dalam bahasa Rusia yang berarti energi budaya dan sejarah. Korea memiliki sejarah balet yang pendek. Oleh karena itu belajar dari jejak para guru dan senior yang telah membangun dasar dalam sejarah balet Korea sangatlah penting.
Rusia menempatkan sejarah sebagai nilai yang paling utama. Mikhail Baryshnikov menjadi tokoh yang kita kenal sekarang berkat gurunya yang tidak kita kenal. Bisakah kita benar-benar mengenali Baryshnikov tanpa mengetahui gurunya dan guru dari gurunya? Dalam bidang apapun, saya pikir kekuatan sejati akan muncul ketika kita mengakui nilai sejarah yang dimilikinya. Itulah alasan mengapa penari Korea, termasuk saya, harus merenungkan dalam-dalam prestasi yang dicapai oleh senior-senior kami di masa-masa sulit dan merintis masa awal balet Korea.
Abadi dalam Kenangan Penonton
Yoon: Saya ingat Anda pernah mengatakan ingin membangun sekolah balet suatu hari nanti. Apakah Anda memiliki sesuatu yang ingin Anda lakukan atau rencana dan cita-cita untuk masa depan Anda?
Kim: Saya memiliki alasan mengapa saya ingin mendirikan sekolah balet. Di Korea, baik itu Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, maupun universitas, kita harus menyesuaikan diri kita dengan gaya sekolah masing-masing untuk dapat masuk ke sekolah yang kita inginkan. Untuk itu kita harus melupakan apa yang telah kita pelajari di sekolah atau tempat kursus sebelumnya dan memulai balet dengan gaya baru dari awal. Kenyataannya, saya telah sering melihat murid-murid yang mendapat banyak tekanan karena faktor lingkungan ini dan bahkan berhenti sekolah.Pernah suatu ketika seorang penari muda bertanya kepada saya, “Sampai sekarang saya pernah belajar dari lima orang guru dan mereka semua mengajarkan balet dengan gaya yang berbeda-beda. Gaya mana yang benar?”. Alasan mengapa begitu sedikit penari Korea di luar negeri yang telah menyelesaikan pendidikan hingga universitas di Korea adalah karena sistem pendidikan yang tidak rasional seperti di atas. Sayangnya, Korea masih belum memiliki kondisi yang baik bagi para penarinya untuk fokus pada balet. Oleh karena itu saya ingin membangun sekolah balet untuk penari-penari muda agar mereka dapat belajar balet secara logis dan sistematis.
Yoon: Sebagai penari yang telah diakui oleh panggung dunia, apa cita-cita tertinggi Anda sebagai seorang artis?
Kim: Saya memiliki mimpi yang saya impikan sejak kecil. Ketika saya duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, saya menonton “Putri Tidur (The Sleeping Beauty)” yang dimainkan oleh grup Balet Nasional Korea, dengan Bapak Lee Won-guk sebagai pemeran utamanya. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi saya tidak dapat tidur hari itu. Ketika itulah saya memutuskan untuk dapat menjadi seorang penari yang mampu menggerakkan hati orang seperti beliau. Jika ada orang yang bertanya kepada saya mengenai tarian apa yang ingin saya tunjukkan, saya akan menjawab begini, “Saya ingin orang-orang yang menonton panggung saya terus teringat akan tarian saya dan tidak dapat tidur selama kira-kira enam bulan”.
Selain itu saya ingin memiliki kemampuan untuk dapat menyembuhkan dan menghibur hati seseorang. Pernah suatu kali ketika saya keluar dari teater seusai pertunjukan, seorang nenek mendekati saya dan berkata, “Setahun yang lalu saya menonton pertunjukan ‘La Bayadere’ yang Anda mainkan. Sampai sekarang musik itu masih terngiang di telinga saya dan bayangan tarian Anda masih terlihat setiap saya mau tidur.” Meski hanya seorang diri, saya berharap penonton dapat mengingat tarian dan karya-karya yang saya mainkan. Jika saya tidak dapat mencapai impian ini sebagai seorang penari, saya berharap impian tersebut masih dapat tercapai dengan menjadi koreografer atau melalui anak didik saya.
Kim tampil sebagai prajurit Solor di “La Bayadère” Ballet Mariinsky di Teater Mariinsky pada tahun 2013. Pada tahun 2015, dia memainkan peran yang sama dengan American Ballet Theater dalam versi Natalia Makarova di Metropolitan Opera House di New York, debutnya sebagai orang Amerika. Penampilannya dalam produksi Opéra de Paris pada tahun 2015 membuatnya mendapatkan hadiah penari terbaik Benois de la Danse tahun berikutnya.
Meski hanya seorang diri, saya berharap penonton dapat mengingat tarian dan karya-karya yang saya mainkan. Jika saya tidak dapat mencapai impian ini sebagai seorang penari, saya berharap impian tersebut masih dapat tercapai dengan menjadi koreografer atau melalui anak didik saya.
Yoon Ji-youngKolumnis Tari