메인메뉴 바로가기본문으로 바로가기

Features > 상세화면

2020 SUMMER

FITUR KHUSUS 4

Sebelum K-Pop: Musik Populer Sejak Perang Korea FITUR KHUSUS 4 Musik Populer Zaman Media Baru

Panorama penuh warna musik Korea populer pada abad ke-21 semakin terdiversifikasi melalui media lama, yang diwakili oleh saluran TV, dan media baru di era seluler, seperti jejaring sosial dan steraming platform.

Penonton yang meluber bereaksi sangat antusias dalam konser musik trot di Suwon Convention Center pada tahun 2019. © Kyeonggi Ilbo

Keanekaragaman bentuk dan gaya menjadi ciri musik populer Korea saat ini. Mengidentifikasi genre yang dominan merupakan kegiatan yang membuat frustrasi di era media baru ini. Saluran utama untuk pencinta musik saat ini adalah online streaming, dengan tangga musik konvensional yang mencatat jejak dan penjualan album dianggap kurang akurat dalam menentukan artis top. Tetapi tangga online streaming secara langsung juga tidak memiliki kredibilitas; hasilnya lebih condong berbasis penggembar masif lagu-lagu K-pop dari idola mereka secara 24/7 yang mampu meningkatkan peringkat grafik mereka. Bagi musisi tanpa fandom seperti itu, tangga lagu musik tidak lebih dari “taman bermain bagi idola.”

Namun ada pula nama-nama yang menempati peringkat teratas tangga musik saat merilis lagu baru meskipun mereka bukan idola K-pop ataupun artis terkenal melalui program televisi. Mereka mempunyai persamaan, yaitu memiliki warna vokal yang menarik dengan diiringi musik balad atau akustik. Sebagai lawan dari “musik yang ditonton”, para musisi ini mewakili jenis “musik yang didengar”, dan panggilan “penyejuk gendang telinga” yang ditujukan kepada mereka ini menjadi contoh ciri-ciri para penguasa rekaman musik. Ciri-ciri ini menunjukkan dengan baik tradisi konsumsi musik apa yang mereka ikuti. Tradisi itu adalah “bintang radio”.

Sensasi Trot Song Ga-in ketika berbicara pada konferensi pers pada 2019. Song adalah pemenang audisi “Miss Trot” yang ditayangkan di TV Chosun pada 2019. © News1

Im Young-ung bersukacita atas kemenangannya dalam versi pria, “Mr. Trot” ditayangkan di TV Chosun sejak Januari hingga Maret 2020. Episode terakhir pertunjukan ini mencetak peringkat pemirsa tertinggi dari semua acara TV di Korea. © Starnews

Para Penguasa Rekaman Musik
Internet, yang mulai menyebar di tahun 2000-an, juga menimbulkan perubahan persepsi yang besar dalam pasar musik. CD yang menjadi media penyimpanan lagu kehilangan perannya dan digantikan oleh MP3. Bentuk rekaman musik digital yang baru ini tidak diunduh di pasar musik resmi, melainkan diunduh secara ilegal melalui P2P dan sering digunakan sebagai musik latar pelayanan jaringan sosial atau nada dering ponsel. Dengan demikian jumlah penjualan rekaman musik semakin menurun, dan pasar musik mau tidak mau terhambat karena penjualan rekaman musik belum dapat mencari saluran distribusinya yang memadai. Perubahan mulai terjadi melalui perangkat seluler. Bersama tersebarnya smartphone, cara menikmati musik populer yang dulunya dilakukan dengan mengunduh berkembang menjadi streaming, yang tumbuh dalam skala besar untuk melahirkan pasar musik.

Sejak pertengahan tahun 2010-an, streaming telah berakar kuat sebagai sumber yang digunakan oleh konsumen musik. Contohnya adalah Heize yang melakukan debutnya pada tahun 2015 dan secara perlahan meningkatkan popularitasnya hingga akhirnya menempati peringkat teratas dengan lagu “Don’t Come Back” dan “Star”; dan Bolbbalgan4 yang pada awalnya tidak mendapat perhatian namun pada akhirnya berbalik menempati posisi teratas dengan lagunya yang berjudul “Galaxy”. Faktor penentu keberhasilan para musisi ini bukan karena siaran televisi, melainkan lebih karena penyebaran dari mulut ke mulut di SNS. Lagu-lagu yang memanggil hasrat untuk mendengar walau hanya bermodal melodi, lirik, dan suara tanpa pertunjukan meriah seperti kelompok idola inilah yang menjadi tokoh utama dari desas-desus yang disebarkan dari mulut ke mulut.

Bersama tersebarnya smartphone, cara menikmati musik populer yang dulunya dilakukan dengan mengunduh berkembang menjadi streaming, yang tumbuh dalam skala besar untuk melahirkan pasar musik.

Program Audisi
Sejarah program audisi musik populer di Korea bermula dari tahun 1977 melalui Festival Musik Kampus MBC yang membuka awal budaya baru para pemuda dengan lagu “Apa Yang Harus Kulakukan” yang dinyanyikan oleh “Sand Pebbles” sebagai pemenang pertama. Dalam situasi terpupusnya budaya para pemuda sebagai dampak dari penyebaran ganja di tahun 1975, festival musik ini menjadi satu-satunya harapan bagi para mahasiswa yang memimpikan musik. Bahkan, sejarah mencatat bahwa lagu-lagu hit di tahun 1980-an merupakan lagu-lagu yang menang dalam festival musik ini. Namun, sejak pertengahan tahun 1990-an, pengaruh Festival Musik Kampus ini mulai mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh berubahnya lingkungan pasar musik populer secara drastis bersamaan dengan dimulainya era agensi. Anak-anak yang bercita-cita menjadi bintang terkenal masuk ke agensi sejak berumur belasan tahun dan melakukan debutnya setelah melewati proses pelatihan keras selama beberapa tahun. Dalam situasi seperti ini, para musikus berbakat merasa tidak perlu memilih jalur Festival Musik Kampus.

Kemudian muncul kompetisi bakat tahun 2009 dengan program “Superstar K,” yang ditayangkan di Mnet (akronim dari Music Network, saluran musik TV kabel). Berbeda dengan Festival Musik Kampus, peserta dari segala usia bisa masuk, dan kompetisi berlangsung baik di dalam maupun di luar panggung. “Superstar K” menyoroti tidak hanya bakat tetapi juga kisah-kisah pribadi, yang sering kali menyentak, yang membantu mendapatkan dukungan dari pemirsa di rumah yang dapat memilih kontestan favorit mereka bersama dengan panel juri profesional. Pemenang musim pertama adalah Seo In-guk, yang merambah dunia akting juga. Para pemenang pada musim berikutnya juga sama-sama melambung menjadi bintang.

Program “K-pop Star” yang berlangsung selama 6 tahun sejak tahun 2011 di saluran televisi SBS, dan program “Show Me the Money” dari Mnet yang berlangsung hingga musim ke-8 pada tahun 2019 mengikuti jejak “Superstar K” dan satu per satu meninggalkan sejarahnya sebagai contoh keberhasilan program audisi. Kemudian ketika Mnet mencapai keberhasilan besar pada tahun 2016 melalui program “Produce 101”, para penonton tidak hanya sekadar berpartisipasi dalam pemungutan suara, melainkan juga terjun langsung dalam “usaha” mempromosikan kontestan yang mereka sukai. Para musisi yang tidak memiliki dukungan dari agensi bagaikan menjadi gladiator musik di arena pertarungan di koloseum, dan pertarungan itu didukung dengan semangat tinggi serta dinikmati dengan seru oleh massa. Seperti itulah rupa dunia musik populer Korea saat ini.

Penonton bersorak di babak pendahuluan Mnet’s “Superstar K” musim 3, yang diadakan di New York City pada tahun 2011. Audisi TV menghasilkan minat yang luar biasa karena terbuka untuk kontestan internasional. © Ukopia

Kesemarakan Musik Trot
Selama ini, teuroteu, atau musik trot, disambut dingin dan sebagian besar diabaikan oleh publik. Pangsa pasar streamingnya tidak mencapai 1 persen pada 2019, dan beberapa toko musik hanya berpengaruh kecil. Sumber pendapatan utama genre ini adalah penjualan album di peristirahatan di jalan tol dan pertunjukan di acara atau festival lokal kecil. Oleh sebab itu, “demam trot” yang berlangsung baru-baru ini menjadi sebuah peristiwa luar biasa yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya oleh siapa pun.

Peristiwa ini dimulai dari seorang komedian Korea yang dijuluki sebagai pembawa acara nasional bernama Yoo Jae-suk. Dalam program hiburan MBC “Hangout with Yoo”, ia menyamar sebagai karakter “Yoo San-seul”, turut serta dalam produksi lagu baru trot, dan menyanyikannya secara langsung. Dengan karakter ini, ia mendapat penghargaan debutan baru di bagian hiburan dalam Penghargaan Hiburan MBC tahun 2019. Selain itu lagu yang ia nyanyikan menempati peringkat atas di tangga musik dan menyemburkan semangat kuat. Yoo San-seul membuktikan bahwa musik trot bisa mendapatkan minat yang stabil di sektor hiburan.

Kesemarakan musik trot diikuti dengan kejutan yang ditunjukkan oleh Song Ga-in, yaitu penyanyi trot yang naik daun menjadi penyanyi nasional setelah memenangi program audisi “Miss Trot” yang disiarkan oleh TV Chosun pada tahun 2019. Song Ga-in, yang melewati masa-masa sulit sebagai penyanyi tak dikenal, mengangkat trot paduan (fusi) yang merupakan salah satu aliran musik trot dan memperlihatkan wibawa trot tradisional secara jelas dan nyata. Dipicu oleh keberhasilan program “Miss Trot” maka TV Chosun menyiarkan program “Mister Trot” pada Januari hingga Maret tahun ini dan kembali melahirkan seorang bintang bernama Lim Young-woong.

Berbeda dengan program “Miss Trot”, yang pada awalnya mengecewakan para pemirsa karena ciri para kontestan yang mirip, namun secara perlahan membangkitkan minat penonton. Program “Mister Trot” sejak awal menampilkan kontestan yang memiliki warna unik. Hal itu membuat para pemirsa antusias karena para kontestan itu memperlihatkan cita rasa modern melalui keahlian menari dan sebagainya. Tingkat kepuasan pemirsa di akhir program ini melampaui 35% dan mencatat rekor tertinggi dalam bidang program hiburan. Ini berarti bukan hanya kalangan paruh baya dan lansia saja yang menonton program ini, tapi diikuti juga oleh kalangan pemuda. Persamaan antara Song Ga-in dan Lim Young-woong adalah bahwa mereka tidak menyanyikan trot paduan (fusi). Kedua penyanyi muda ini menyanyikan trot tradisional tahun 1960 hingga 1970-an yang ketika itu mencapai masa emasnya melalui Lee Mi-ja dan Na Hoon-ah.

Bagi generasi muda yang telah terbiasa menikmati musik lama dengan konten masa kini melalui YouTube, penyanyi-penyanyi muda yang muncul sebagai penyanyi sezaman juga turut mempengaruhi tercapainya kembali masa emas bagi musik trot tanpa memandang generasi. Berkat YouTube, musik klasik tua telah menemukan pengikut baru di antara generasi digital. Bagi generasi YouTube, yang lama tidak lagi berarti norak.

Festival Musik Kampus MBC, yang dimulai pada tahun 1977, memprakarsai kompetisi bakat TV di Korea. Pada 2000-an, acara bakat TV berevolusi untuk menampilkan beragam gaya musik, termasuk hip hop, trot dan crossover. Tampak dari kiri atas adalah poster untuk “Phantom Singer” (JTBC), “K-Pop Star” (SBS), “The Voice of Korea” dan “High School Rapper” (keduanya Mnet), dan “TOP Band” (KBS) ).

Kim Zak-ka Kritikus Musik dan Komite Penyeleksi Korean Music Awards

전체메뉴

전체메뉴 닫기