메인메뉴 바로가기본문으로 바로가기

Tales of Two Koreas

2022 SPRING

Pesan Penting bagi Dunia: Isolasi dan Kebebasan

Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea yang sebenarnya dipenuhi senjata merupakan ‘tanah kontradiksi’ yang melintasi semenanjung Korea dengan lebar masing-masing 2 km ke utara dan selatan dari Garis Demarkasi Militer. Desa Daesungdong atau Desa Kebebasan, satu-satunya pemukiman sipil yang terletak di DMZ menarik perhatian dua seniman untuk diinterpretasikan ulang menjadi sebuah karya yang menunjukkan pesan penting.

Pembagian Korea mungkin menjadi topik yang paling ingin dihindari oleh sebagian besar artis dari negara ini. Biasanya dianggap terlalu jelas untuk banyak tenunan, atau terlalu muluk untuk rangkuman. Mereka sangat mudah jatuh ke dalam dilema ketika menggunakan latar belakang diri sendiri sebagai warga negara terpecah dalam karya seni. Oleh karena topik itu sulit didekati oleh seniman dari negara lain, banyak orang di luar negeri memperhatikan mereka dengan rasa ingin tahu tetapi sebagian orang di dalam negeri mengkritik sebagai “pilih jalan mudah.” Walaupun demikian, pembagian adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari.

Moon Kyung-won dan Jeon Joon-ho menghunus pedang bermata dua itu dengan penuh semangat dan kecerdasan. Mereka dengan berani menampilkan “MMCA Hyundai Motor Series 2021: News from Nowhere – Freedom Village,” sebuah pameran aneka-segi di Museum Nasional Seni Modern dan Kontempprer dari 3 September 2021 sampai 20 Februari 2022.

Kedua seniman tersebut adalah seniman duo yang langka di dunia seni Korea Selatan. Mereka bekerja sendiri atau bersama; Moon Kyung-won, seorang profesor jurusan seni lukis Barat di Universitas Wanita Ewha, bekerja di Seoul dan Jeon Joon-ho mengerjakan karya pribadi dan proyek bersama di Youngdo, Busan, kampung halaman dan basis kerjanya. Mereka mulai berkolaborasi sejak 2009 dan terus bertanya tentang peran seni sambil mengerjakan wacana sosial dan masalah yang dihadapi manusia seperti kontradiksi kapitalisme, individu yang dikorbankan di belakang roda sejarah, perubahan iklim, dan sebagainya. Kedua seniman tersebut terpilih sebagai seniman untuk Paviliun Korea di Venice Biennale pada tahun 2015 dan debut di panggung internasional dengan pameran ‘The Ways of Folding Space & Flying’.

Moon Kyung-won (kiri) dan Jeon Joon-ho berpose dalam bagian proyek kolaborasi mereka, “News from Nowhere – Freedom Village,” ditampilkan di Museum Nasional Seni Modern dan Kontemporer cabang Seoul untuk “MMCA Hyundai Motor Seri 2021” (3 September 2021-20 Februari 2022).

Membedah Masa Kini dari Masa Depan
‘News from Nowhere’ merupakan sebuah proyek jangka panjang yang mereka kerjakan bersama dan sebuah platform kolaboratif dengan seniman lain. Melalui platform ini, kedua seniman mengadakan pameran berseri dengan mencakup berbagai media seperti video, instalasi, arsip, publikasi, dan lain-lain. Judul pameran diambil dari sebuah novel dengan judul yang sama, yang ditulis oleh William Morris (1834-1896), seorang novelis, penyair, dan pemikir yang memimpin gerakan seni kerajaan di Inggris pada akhir abad ke-19. Dia secara tajam mengkritik masalah nyata masa itu melalui tokoh utama yang selama 5 hari berwisata ke London 200 tahun mendatang. Moon dan Jeon tidak hanya meminjam judulnya, tetapi juga gaya novel yang membedah masa kini dari masa depan dengan tajam. “Pandangan berbasis masa depan kami bukanlah upaya untuk mendiagnosis masa depan, tetapi upaya untuk membahas agenda saat ini,” mereka menjelaskan.

Pada thaun 2012, karya tersebut pertama kali dipresentasikan dengan subjudul ‘The End of The World’ di ‘Documenta 13’, sebuah acara seni kontemporer yang diadakan setiap 5 tahun di Kassel, German. Dengan karya itu, kedua seniman itu terpilih sebagai ‘Artist of the Year 2012 Award’ dari MMCA dan Noon Award di Gwangju Biennale ke-9 di tahun yang sama. Setelah itu, mereka menarik perhatian dalam pamerannya dengan subjudul berbeda di berbagai kota seperti Sullivan Gallery Chicago University of Arts, Amerika Serikat (2013), Migros Museum of Contemporary Art, Swiss (2015), Tate Liverpool, Inggris (2018).Pada awal 2021 karya itu akhirnya dipamerkan dalam skala besar di Korea Selatan karena kedua seniman tersebut terpilih sebagai seniman untuk ‘MMCA Hyundai Motor Series 2021’. ‘MMCA Hyundai Motor Series’ adalah program yang dirancang oleh Museum Nasional Seni Modern dan Kontemporer untuk mengundang seorang seniman terkemuka Korea setiap tahun dan mendukung pameran tunggal dengan dukungan Hyundai Motors sejak tahun 2014. Moon Kyung-won dan Jeon Joon-ho menjadi tokoh kedelapan setelah Yang Hye-gyu pada 2020.

“Proyek ini telah mencerminkan identitas, sejarah, dan masalah mendesak dari wilayah lokal di setiap negara dan kota yang berbeda. Kami berpikir panjang dan keras tentang apa yang harus dilakukan tentang Korea. Kami ingin melepaskan diri dari klise tentang bangsa yang terpecah. Tapi bagaimanapun juga, itu adalah semacam kewajiban yang harus dipenuhi oleh seniman Korea mana pun. Jadi kami memutuskan untuk tidak menjadikannya cerminan sederhana dari situasi politik di Korea, tetapi pengalaman mendalam bagi pengunjung untuk membantu mereka memikirkan sejarah universal umat manusia,” jelas Jeon Joon-ho.

“News from Nowhere – Freedom Village” membentang pada layar besar yang menampilkan berbagai video berbeda. Mereka membantu mengikat pemirsa dalam seni instalasi, yang terdiri atas lampu, suara, dan gambar yang muncul di layar yang terhubung dengan ruang pameran. Di layar, “A,” seorang pria yang merindukan kebebasan (diperankan oleh aktor Park Jeong-min), berkeliaran di pegunungan, mencari tanaman liar untuk dipelajari.
© CJY Art Studio

Ruang Cacat yang Dibentuk Oleh Konflik
Kedua seniman memilih ‘Desa Daesungdong’ atau ‘Desa Kebebasan’, satu-satunya permukiman sipil di DMZ sebagai latar belakang karyanya. Nama desa di Korea Selatan biasanya berasal dari topografi atau legenda di desa masing-masing. Namun nama desa itu tidak lazim.

Sebuah gambar diam dalam “News from Nowhere – Freedom Village” menunjukkan “A,” seorang ahli botani amatir sedang membuat spesimen tanaman. Karena tidak pernah berkelana di luar desa asalnya, ia mengumpulkan dan mempelajari tumbuhan.
© MOON Kyungwon & JEON Joonho

Dengan harapan agar keberadaannya diketahui dunia luar, “A” menerbangkan balon membawa spesimen tanamannya. Dengan demikian, dia memulai komunikasi dengan “B,” pemuda lain yang hidup di masa depan, menempati fasilitas kecil berteknologi tinggi.
© MOON Kyungwon & JEON Joonho

Desa yang tidak ditampilkan di sistem navigasi itu adalah tempat di mana waktu berhenti dan terputus dari dunia luar selama 70 tahun, tidak tergolong wilayah Selatan atau Utara sejak perjanjian gencatan senjata perang Korea pada 1953. Di dalam pertemuan gencatan senjata yang dimulai sejak tahun 1951, Desa Daesungdong di Selatan dan Desa Kijongdong di Utara diizinkan sebagai permukiman sipil di DMZ. Setelah itu, Desa Daesungdong disebut sebagai Desa Kebebasan dan Desa Kijongdong disebut sebagai Desa Perdamaian dan kedua desa itu menjadi panggung propaganda persaingan rezim yang sengit antara Korea Selatan dan Korea Utara selama Perang Dingin. Sekitar 200 orang dari 49 rumah tangga tinggal di desa Daesungdong. Walaupun terletak di wilayah Korea Selatan, desa itu dikendalikan PBB, bukan pemerintah Korea, dan warga dilarang mempunyai harta pribadi. Seorang wanita di desa itu harus meninggalkan desa ketika menikah dengan laki-laki di luar desa. Seorang wanita di luar desa menikah dengan laki-laki di desa itu bisa memperoleh izin tinggal.

Kedua seniman tersebut tidak membatasi Desa Daesungdong atau Desa Kebebasan sebagai tempak unik yang diciptakan oleh situasi geopolitik khusus semenanjung Korea melainkan memperluasnya sebagai tempat yang melambangkan dunia yang cacat karena konflik dan konfrontasi di sepanjang sejarah manusia.

Moon menjelaskan, “Awalnya, kami berpikir untuk menetapkan proyek di daerah perkotaan dengan identitas yang lebih jelas. Tapi kami menerima ‘Desa Kebebsan’ sebagai kata kunci kami karena itu adalah ruang yang sangat tidak realistis bagi kami, mengaburkan batas antara kenyataan dan fiksi.”

“Mungkin warga desa itu mengalami hidup keterasingan selama 70 tahun di dalam situasi lebih parah daripada situasi pandemi saat ini. Sekarang umat manusia berjuang keras melawan virus lebih dari dua tahun, saya pikir isolasi desa ini sepertinya kata kunci yang tepat yang dapat membantu kita menarik konsensus universal dan melihat kembali kehidupan kita sendiri,” lanjut Jeon.

Kata Kunci yang Menembus Zaman
Pameran terdiri atas video, instalasi, arsip, fotografi, lukisan skala besar, dan platform mobile untuk program terkait. Video streaming dari dua layar besar yang punggungnya saling berhadapan menjadi kerangka pameran itu. Di satu layar, aktor Park Jung-min muncul sebagai laki-laki A yang berumur 32 tahun. A yang dilahirkan di Desa Kebebasan dan belum pernah ke luar desa itu adalah seorang ahli amatir botani yang bertumbuh di DMZ. Dia ingin memperlihatkan keberadaan diri ke dunia luar, maka melayangkan sebuah balon plasik yang mengandung buku ilustrasi botani yang dibuatnya. Balon itu melompati ruang dan waktu kemudian disampaikan kepada laki-laki B yang berumur awal 20-an di layar lain. B yang diperankan oleh Jinyoung dari grup idola GOT7 juga tinggal di ruang tertutup seperti penjara tanpa mengetahui asalnya. Satu-satunya kebahagiaan bagi B yang terisolasi di ruang yang menyerupai pesawat antariksa adalah kadang-kadang melihat ke luar jendela. Pada suatu hari, sebuah balon plastik datang entah dari mana mengguncang kehidupan sehari-hari B. Dalam kebingungan dan kekacauan, dia hanya melihat balon itu selama beberapa hari, kemudian akhirnya dengan berani mengeluarkan isinya. Sesudah itu, B terus-menerus menerima balon dari A. Seperti time loop atau perulangan waktu yang tidak terbatas, kisah A dan B bersikulasi.

Sesudah video-video itu, ada foto-foto Desa Kebebasan. Para seniman mengolah foto-foto yang mendapat izin penggunaan dari Arsip Nasional dengan photoshop. Moon mengingat pekerjaannya dengan melihat foto-foto.

“Walaupun mendapat izin penggunaan, kami harus menjaga identitas orang-orang di dalam foto. Oleh karena itu, kami menutup wajah dengan topeng atau memakai wajah yang dibuat dengan campuran berbagai gambar. Lagi-lagi kami memakaikan topeng untuk orang-orang di dalam foto dengan photoshop. Kami mendapat hasil hebat yang tampaknya melambangkan keadaan pendemi saat ini.”Jika melewati ruang ini dan pindah ke ruang pameran terakhir, hutan yang diselimuti salju, tokoh A berkeliaran mencari botani dipertunjukkan di atas kanvas besar. Ini adalah lukisan pemandangan berskala 4.25m × 2.92m yang dikerjakan oleh Moon selama 6 bulan. Lukisan yang dikerjakan dengan teknik hyperrealisme ini kelihatannya sebuah foto dan menghubungkan layar dan kenyataan sehingga menciptakan ilusi bahwa dunia virtual bercampur dengan dunia nyata.

Agora Mobile yang dipasang di Seoul Box, ruang terbuka di luar ruang pameran secara simbolis menunjukkan tujuan proyek ini. Dengan kata lain, Agora Mobile adalah sebuah platform agora di Yunani kuno diinterpretasikan ulang dengan konsep kekinian, yang cendekia dari berbagai bidang bisa berdiskusi dan bersolidaritas. Di pameran ini, agora mobile dibuat dari struktur baja bergerak yang menjadi kotak kontainer jika dilipat. Aktor Park Jung-min, arsitek Yoo Hyun-jun, ahli ekologi Choi Jae-chon, dan ilmuwan otak Jeong Jae-seung menghadiri dialog yang diadakan di sini sebulan sekali selama periode pameran.

Sebelum meninggalkan ruang pameran, para pengunjung bertemu dengan perkataan John Berger (1926-2017), seorang kritikus Inggris yang tertulis di dinding. “Kadang-kadang lanskap tampaknya seperti sebuah tirai yang menutupi perjuangan, pencapaian, dan kecelakaan warga daripada tempat tinggal mereka. Bagi mereka yang ada di balik tirai, landmark tidak hanya geografis tetapi juga biografis dan personal.”

Ini adalah sebuah ekspresi tidak langsung untuk tragedi suatu desa yang terisolasi selama 70 tahun sejak akhir perang, dan juga sebuah pesan penting yang dikirimkan oleh kedua seniman kepada kita yang melewati pertengahan pendemi 2022.

“Mobile Agora,” satu set baja tahan karat berbentuk kubus yang ditempatkan di luar ruang pameran, dapat dengan mudah dibongkar dan dipasang kembali. Ini berfungsi sebagai tempat diskusi bulanan oleh para ahli di bidang arsitektur, sains, desain, dan humaniora selama pameran.

“Lanskap,” sebuah lukisan minyak dan akrilik oleh Moon Kyung-won, berukuran 292 × 425 cm, menggambarkan wilayah tandus tempat “A” berkeliaran. Ini mengingat sebuah daerah di Paju, Provinsi Gyeonggi, yang berbatasan dengan DMZ. Pemandangannya menyerupai gambar Desa Kebebasan yang disiapkan oleh Arsip Nasional Korea.
© CJY Art Studio



Kim Mi-ri Jurnalis, The Chosun Ilbo
Han Sang-moo Fotografer

전체메뉴

전체메뉴 닫기