Para selebriti menciptakan karakter di luar dugaan yang berbeda dengan imaji aslinya, dan memberikan hiburan baru yang berbeda kepada publik. Ini adalah apa yang biasa disebut “gejolak karakter alternatif” yang sedang berhembus di dunia penyiaran. Apa hubungan gejala ini dengan perubahan sosial Korea yang sedang membuka matanya akan keberagaman individu?
Para pemain game sering kali menciptakan karakter lain untuk mempersiapkan situasi di mana karakter asli mereka tidak bisa lagi berperan, atau untuk memainkan game dengan lebih strategis. “Karakter alternatif” adalah sebutan yang telah lama digunakan di dunia game yang mengacu pada karakter sekunder ini. Namun, baru-baru ini, karakter alternatif muncul di program hiburan televisi dan menghembuskan gejolak baru. Tokoh utama yang pertama kali menerapkan konsep ini dalam program siaran televisi adalah seorang komedian bernama Yoo Jae-suk, yang juga dipanggil sebagai “pembawa acara negeri” dan telah menunjukkan keluwesannya membawa acara dalam segala jenis program hiburan televisi selama hampir 20 tahun.
Yoo Jae-suk, komedian dan pembawa acara TV paling populer di Korea, memicu hiruk-pikuk karakter alternatif dalam program TV. Yoo telah berhasil berubah menjadi penyanyi trot dan pemain harpa, di antara persona lainnya. © MBC
Sebuah Tren Baru
Pengarah acara televisi, Kim Tae-ho, yang mengarahkan program hiburan populer MBC “Hangout with Yoo” yang mulai ditayangkan sejak Juli 2019, menampilkan Yoo Jae-suk dan memberikan berbagai misi kepadanya, seperti memainkan drum dan harpa, menyanyikan lagu trot, dan sebagainya. Yoo Jae-suk mengadakan pertunjukan solo setelah belajar memainkan drum untuk pertama kali, dan mendapat julukan “Yoogo Starr” yang dipetik dari nama pemain drum The Beatles, Ringo Starr. Ia juga berhasil memainkan harpa dengan baik, dan kali ini mendapat sebutan “Yoorpheus”, yaitu gabungan namanya sendiri dengan Orpheus dari mitos Yunani. Selain itu, ia bahkan juga merekam lagu trot baru dan melakukan debut sebagai penyanyi trot resmi dengan nama “YooSanSeul”, yang juga merupakan nama masakan Cina yang digemari oleh orang Korea.
Yoo Jae-suk berhasil membagi dirinya menjadi berbagai macam karakter melalui serangkaian proses tersebut, dan para pemirsa mulai menyebut karakter-karakternya sebagai “karakter alternatif”. Konsep karakter alternatif yang dimulai dari sini langsung menjadi tren baru dalam dunia hiburan.
Selain Yoo Jae-suk, ada selebriti lain yang kembali memperlihatkan puncak popularitasnya di tengah gejolak karakter alternatif. Tokoh itu adalah Lee Hyori, seorang penyanyi yang menetap di Pulau Jeju setelah menikah dan menjejaki “hidup tanpa kepemilikan”. Lee Hyori, yang dulu memperoleh popularitas tinggi sebagai anggota grup idola perempuan generasi pertama bernama Fin.K.L(1998-2002), belakangan ini menciptakan karakter yang berbeda dengan figur santai dan sederhananya yang telah dikenal luas, dan aktif muncul di dunia hiburan dengan karakter barunya itu. Ia bertransformasi menjadi “Linda G”, yaitu karakter hartawan yang menjadi kaya dengan usaha salon di Amerika Serikat, dan kini hidup sambil menikmati kekayaan materialnya sepuas-puasnya.
Sementara itu, komedian Chu Dae-yeop menjadi tenar dengan karakternya yang bernama “Kapichu” (yang merupakan gabungan kata copy (meniru) dan nama Chu), dan komedian Kim Shin-young mencapai masa jaya baru dengan merilis lagu trot melalui karakternya, “Kim Davi”.
Lee Hyori, pemimpin Fin.K.L, grup pop wanita generasi pertama yang memulai debutnya lebih dari 20 tahun yang lalu, telah bangkit kembali sebagai Linda G., karakter alternatif yang menikmati gaya hidup mewah. © MBC
Gejolak karakter alternatif memperlihatkan adanya perubahan perspektif orang Korea mengenai identitas individu. Dengan kata lain, Korea telah beralih dari era di mana seseorang hidup dalam sebuah kepribadian yang konsisten, ke era yang mengakui keberadaan berbagai macam personalitas yang saling berdampingan di dalam seorang individu.
Menuju Individualisme
Komedian Chu Dae-yeop menjadi bahan pembicaraan di YouTube melalui selera humor kitschy dari karakter alternatif Kapichu. © Diambil dari YouTube
Komedian Kim Shin-young membuat sensasi dengan memulai debutnya sebagai karakter alternatifnya Bibi Kim Davi Kedua dengan lagu trot “Gimme Gimme”
Apa yang membuat para selebriti ternama lebih populer dengan karakter buatannya dari pada diri mereka sendiri? Di sini, perubahan masyarakat Korea ikut tersorot. Perubahan pertama adalah meluasnya individualitas. Masyarakat Korea yang mengalami industrialisasi pesat setelah perang Korea, menempatkan kepentingan keluarga atau komunitas di atas kepentingan pribadi. Namun gaya pikir kolektivis semacam ini berubah drastis setelah mengalami krisis moneter pada tahun 1990-an dan krisis finansial global pada tahun 2000-an. Dengan menghilangnya konsep “tempat kerja seumur hidup” – yaitu tempat kerja sejak lulus kuliah hingga pensiun –, bagi orang Korea, diri mereka sendiri menjadi lebih penting dari pada organisasi atau komunitas. Dengan runtuhnya kepercayaan positif mengenai perkembangan, harapan akan kesuksesan di masa depan pupus, dan sebagai gantinya, kebahagiaan pasti yang bisa digenggam saat ini menempati kekosongan itu. Kini, hal yang penting bagi para individu adalah sebuah nilai baru yang mementingkan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan.
Menurut hasil survei pada bulan Maret 2020 yang dilakukan oleh Job Korea (sebuah perusahaan layanan aplikasi kerja), tiga dari empat karyawan menjawab bahwa sosok mereka sehari-hari dan saat bekerja berbeda. Mereka mengatakan bahwa mereka menggunakan “topeng” saat bekerja untuk memenuhi harapan pihak pengusaha. Mereka mengatakan baru bisa mencari jati diri ketika melakukan apa yang ingin mereka lakukan sepulang kerja. Generasi lama, yang menjadikan pekerjaan adalah segalanya dalam hidup mereka, hanya memiliki satu karakter yang hanya terus bekerja. Namun, generasi sekarang yang juga mementingkan hal lain selain pekerjaan, memerlukan karakter-karakter alternatif untuk mengeksplorasi dunia yang menarik dan beragam. Mereka mengenal sosok mereka sendiri yang menikmati dan melakukan hal-hal yang sama sekali berbeda dengan pekerjaan setelah pulang kerja itu sebagai “karakter alternatif”.
Hubungan antara karakter alternatif dan karakter asli terkadang juga terbalik. Kadang, pendapatan dari kegiatan yang dilakukan sebagai hobi lebih tinggi dari pada gaji yang didapat dari tempat kerja. Terutama, ruang digital seperti Youtube menjadi pemicu berlangsungnya aktivitas karakter alternatif secara bebas.
Keberagaman Identitas
Gejolak karakter alternatif memperlihatkan adanya perubahan perspektif orang Korea mengenai identitas individu. Dengan kata lain, Korea telah beralih dari era di mana seseorang hidup dalam sebuah kepribadian yang konsisten, ke era yang mengakui keberadaan berbagai macam personalitas yang saling berdampingan di dalam seorang individu. “Multi-persona”, sebuah kata kunci tren yang muncul dalam masyarakat Korea di tahun 2020, memiliki arti “lapisan ego yang menciptakan identitas baru dengan bertransformasi menjadi orang lain seakan-akan memakai topeng yang berbeda-beda”.
Sebelum konsep karakter alternatif ini muncul, beberapa selebriti telah aktif sebagai “pemain multi (multi-p)”. Misalnya, penyanyi tidak hanya menyanyi saja, tetapi juga muncul dalam film atau drama, dan bercakap-cakap dalam sebuah program hiburan televisi. Kadang, ada pula aktor yang merilis lagu. Selain itu, ada juga anggota grup idola yang mencoba berakting dan tenggelam dalam kontroversi mengenai kemampuan akting mereka. Hal ini tidak hanya berlaku dalam dunia hiburan saja. Bagi para pekerja di dunia modern ini, kemampuan melakukan banyak hal (multi-tasking) sudah tidak asing lagi muncul sebagai strategi untuk bertahan hidup.
Di sisi lain, salah satu ciri dari fenomena gejolak karakter alternatif yang berhembus akhir-akhir ini adalah bahwa hal tersebut berada dalam ruang lingkup “hobi” atau “hiburan” ketimbang sebagai konsep “kerja” yang memerlukan profesionalisme. Khalayak pun sepertinya lebih memperhatikan seberapa menarik dan uniknya hal baru yang dicoba oleh karakter alternatif. Situasi masyarakat Korea yang sedang asyik memainkan “permainan karakter alternatif” ini mung-kin menyimpan arti bahwa selama ini para individu Korea yang terkekang oleh tekanan kelompok, hidup dengan menyembunyikan hasrat untuk memperlihatkan sisi lain dalam dirinya ke permukaan.