Rumah Park Gyeong Jung yang dibangun pada akhir abad ke-19 merupakan rumah tradisionalyang yang tersisa di kota Naju, provinsi Jeolla Selatan. Struktur bangunan yang terdiri ataskayu-kayu besar yang disusun, serta jejak-jejak waktu yang tertutup jelaga dari dapur kuno dirumah ini yang sangat mengesankan, memberikan pemandangan menakjubkan dari skala besardan konstruksi bangunan. Di samping sebagai ruangan standar dalam suatu rumah, dapur jugamemiliki cerita lain yang tersembunyi jika dilihat dari sudut pandang sosiologi gender.

Di rumah Park Gyeong-jung di Naju, ProvinsiJeolla Selatan, istri Park danmenantunya, Kang Jeongsuk,sendok sup dari periukbesi di dapur tua. Di dapurtradisional Korea, tempatmemasak dan memanaskandilakukan pada saat yangbersamaan, tungku komporharus berada pada tingkatyang lebih rendah daripadacerobong asap yang mengalirdi bawah lantai kamardi sebelahnya. Di rumahini, kondisinya dipenuhidengan galian parit di lantaidapur. Arang digunakan ditungku, seperti yang terlihatdi halaman depan, di dalamrumah.
Rumah tradisional Korea memiliki tampilanluar yang elegan dan mengagumkan. Baikrumah beratap genteng seperti istana yangpernah ditinggali oleh para bangsawan, atau rumah masyarakatawam yang beratapkan jerami, keduanya terlihat elegan danmemiliki keseimbangan bentuk. Rumah beratap jerami yangdulu ditinggali oleh masyarakat kelas bawah saat ini sudahtidak ada, hanya ada beberapa rumah tua yang pernah ditinggalioleh para bangsawan sehingga hal tersebut membuat kita dapatmerasakan keindahan dari rumah tradisional Korea.
Akan tetapi, setelah memasuki bagian dalam rumah tersebutyang konstruksi bangunannya sangat menarik, sepertinyamasyarakat saat ini akan kesulitan jika tinggal di rumahini. Khususnya bagi para perempuan yang harus mengerjakanpekerjaan rumah, rumah ini tidak bersahabat. Bahkan para cucudan istri mereka yang menjaga dan tinggal di rumah tersebutpun kemungkinan besar akan berkata, “Tidak mudah hidupdi rumah ini kalau semua bagian di rumah tidak diubah.” Diantara semua bagian rumah, dapur adalah bagian yang pastiakan menjadi prioritas pertama untuk diperbaiki.
Dapur pada rumah tradisional Korea dibuat sedemikianrupa sehingga dapat digunakan sebagai ruang pemanas danruang memasak sekaligus. Jika campuran kayu bakar dan rantingpinus dibakar di dalam tungku, maka api akan masuk kedalam dengan cepat sehingga membuat lantai kamar menjadihangat. Konveksi panas tersebut membuat udara di dalam ruanganmenjadi hangat. Di samping itu, pada saat yang bersamaanpara wanita meletakkan dandang di atas tungku untuk memasaknasi dan juga membuat lauk pauk. Cara tersebut adalah carayang paling efisien pada zaman di mana sumber energi sangatlahberharga.
Jika kembali kepada masa rumah-rumah tradisional tersebutdibangun ratusan tahun lalu, konstruksi tradisionalnya dibuatdengan cukup mempertimbangkan ekologi alam Korea. Padaruangan dapur pun menjadi tempat berpadunya ilmu pengetahuandan teknologi. Akan tetapi, seiring berjalannya waktukondisi kehidupan mengalami perubahan yang sangat besarkarena perkembangan bahan bakar baru, teknologi dan berbagaimacam peralatan. Menjaga dapur dalam rumah tradisionaldan menjalankan kehidupan sesuai dengan cara di masa laluterlihat hampir mustahil dilakukan.
Daya Tahan Rumah Bermula dariManusianya
Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan kesempatan untukmengunjungi salah satu rumah tradisional yang masih tersisa didaerah Honam, yaitu rumah Park Gyeong Jung yang terkenaldengan konstruksi dan ukuran bangunannya. Rumah tersebutdiambil alih oleh Park Seung Hee (1814-1895). Ia menempatirumah tersebut dan membangun paviliun beratap jerami terpisahdari rumah utama. Sementara, Park Jae Gyu (1857-1931)membangun rumah berukuran besar dengan mengadaptasi bentukistana. Park Gyeong Jung sebagai cucu tertua di keluargayang menjaga dan menempati rumah tersebut berkata bahwapembangunan bangunan utama rumah dan paviliun untuk tamudimulai pada tahun 1884, namun bangunan-bangunan penunjangdi dalam rumah baru selesai semua pada tahun 1930. Halyang mengejutkan dari rumah yang ukurannya jauh lebih besardibandingkan dengan rumah penduduk pada umumnya adalahbentuk bangunan aslinya tetap terjaga dan tidak mengalamikerusakan walaupun sudah mengalami perubahan waktu bahkanmelewati masa peperangan.
Ketika berdiri di halaman rumah lalu melihat-lihat kedalam rumah, perhatian saya tertarik oleh dapur tambahan yangbaru dibangun beberapa tahun lalu. Dapur bergaya modernyang baru dibangun terpisah dengan dapur lama yang terletakpersis di sebelah ruangan utama rumah, terlihat begitu kontras.Lim Myo Suk (林妙淑), ibu dari Park Gyeong Jung yang harusmenjaga rumah ini seumur hidup sudah berusia lanjut sehinggakesulitan untuk memasuki dapur. Karena itulah di bagian baratdari bangunan utama dibangun gudang serta dapur modern danruang makan.
Hidup suatu rumah berhubungan erat dengan orang-orangyang menempatinya. Semegah apapun suatu rumah tradisional,jika tidak ditinggali oleh seseorang maka itu hanya akan menjadimuseum saja. Karena itulah, agar anak cucu dapat menempatirumah tersebut terus menerus harus dilakukan perbaikandan perubahan pada rumah sesuai dengan kondisi kehidupandi masa berjalan dengan tidak melakukan perombakanbesar-besaran. Dengan begitu kelangsungan hidup rumah tradisionaltersebut tetap dapat bertahan tanpa menghilangkanestetika dan keanggunannya. Dapur yang baru dibangun terpisahitulah yang sepertinya menjadi lambang kelangsunganhidup rumah tradisional tersebut.
Dapur tua terlihat dari pintubelakang saat senja. Dapuritu memiliki dua pintu yangsaling berhadapan agarada akses yang mudah danventilasi yang lebih baik.Bangku kayu yang sempitdi dalam pintu belakangadalah tempat para wanitaduduk untuk makan danberistirahat. Rak di sisikanan pintu depan untukmenyimpan kayu bakar.
Dapur Meluas ke Seluruh Bagian Rumah
Cerita para perempuan yang menempati dan menjagarumah ini turun temurun tergambar dengan sedikit lebih jelas didalam ruangan di mana mereka sering habiskan banyak waktumereka. Dapur sebagai tempat yang sangat sering dikunjungimasih terjaga bentuk aslinya sehingga membuat para menantudi rumah ini menjadi lebih akrab satu sama lain.
Para perempuan menimba air dari sumur yang terdapatdi halaman belakang di depan dapur dan mencuci beras danmemotong-motong sayuran kemudian menyiapkan bahan-bahanuntuk dimasak. Mereka harus giat untuk membawa keluarmasuk Jangdukdae (guci untuk fermentasi tradisional) untukmenyimpan pasta fermentasi kedelai, ikan asin, dan kimchiyang sudah dibuat. Karena itulah sumur dan Jangdokdae dapatdikatakan sebagai kelangsungan hidup dapur untuk pola makankeluarga.
Selain itu, lumbung untuk menyimpan biji-bijian danlemari penyimpanan lauk pauk juga merupakan bagian terpisahdari dapur. Kotak kayu yang digunakan untuk menyimpanberas dan juga rak-rak yang digunakan untuk menyimpanberbagai macam mangkuk dan patung, dapat juga dilihat jugasebagai ruangan yang memiliki fungsi sebagai lemari penyimpanan.Karena itulah, keseluruhan bangunan utama rumah adalahsebuah ruangan yang memiliki fungsi dapur yang kita bicarakansaat ini.
Hal tersebut tidak hanya untuk rumah ini saja. Karakteristikstruktural dari rumah tradisional Korea memang sepertiitu. Alasannya adalah karena kebiasaan makan masyarakat tradisionalKorea memerlukan ruangan yang luas untuk prosesmenyiapkan makanan. Ketika membuat kimchi, kecap, taucodan juga pasta cabai ruangan yang digunakan untuk membuatnyasampai keluar dapur dan bahkan sampai ke dalam paviliun.
Pada hari-hari besar atau ketika musim membuat kecap tiba,bagian bawah dari paviliun dipenuhi oleh mangkuk-mangkukkayu atau mangkuk-mangkuk yang tidak diketahui namanyayang ditutup. Ketika musim membuat kimchi, ratusan lebihsawi putih akan dikumpulkan sampai memenuhi halaman dandibawa dengan menggunakan wadah kayu besar kemudianuntuk digarami. Masa sekarang ini struktur dan pola makanpenduduk Korea memang telah banyak mengalami perubahan,namun di sisi lain dapat dilihat bahwa ruangan tersebut perlahanmenjadi semakin berharga sehingga skala pembuatan kimchiperlahan mengecil.
Proses dasar memasak makanan pada rumah tradisionalKorea memang terjadi di dalam dapur. Akan tetapi, sewaktu-waktu diperlukan ruangan yang lebih luas lagi untuk membuatmakanan, maka halaman dan pavilun, bahkan lantai pundapat digunakan. ‘Seluruh bagian dalam rumah adalah dapur’bukanlah suatu ungkapan yang berlebihan. Hal ini menunjukkandengan jelas betapa banyak dan melelahkannya pekerjaanrumah yang dilakukan oleh para wanita.
Di luar pintu belakang dapur ada teras dengan 40 atau lebih periuk tanahberbagai ukuran. Terletak di tempat yang cerah untuk memudahkan fermentasikecap, pasta kacang kedelai, pasta cabai merah dan bumbu lainnya.Teras merupakan platform yang dibangun dengan kerikil dan lempenganbatu, berdiri sekitar 20-30 sentimeter untuk pembuangan air yang baik.
Cerobong asap merupakan alat yang memungkinkan asap keluardari tungku dapur, sambil mengirimkan udara kembali ke atasnyauntuk menyalakan api. Ia memiliki lubang di keempat penjuruuntuk pembuangan asap yang lebih baik.
Bau Asap sebagai Bau Ibu
Pada akhir tahun 1980an, saya pernah melakukan surveidi suatu daerah terpencil di wilayah Naju dan menuliskankehidupan seorang perempuan yang dijumpai sebagai berikut.
“Kegiatan Ibu Un-Am di rumah dimulai dengan bangunpada jam 5 pagi kemudian menyalakan api di dapur. Bagiandalam dapur luas sehingga dapat meletakkan tumpukan kayubakar di salah satu sudutnya, tempayan air untuk menyimpanair yang ditimba dari dalam sumur, serta alu dan lesungdi sudut lainnya. Di atas tungku pembakaran terdapat tungkuuntuk memasak yang dapat digunakan untuk meletakkan duabuah panci besi berukuran besar. Ibu tersebut duduk di depantungku dan menyalakan api.”
“Sebelum mulai memasak nasi, ia meletakkan air bening didalam sebuah mangkuk kecil untuk berdoa kepada dewa agarkeluarganya selalu sehat dan selamat. Beras yang sudah dicucidan dipersiapkan sehari sebelumnya kemudian dimasak didalam sebuah dandang besi, kemudian sambil menunggu berasmasak, ia menyiapkan lauk untuk dimakan sebagai sarapanpagi. Di saat bersamaan, banyak anggota keluarga yang tinggaldi sana dan banyak yang dapat memberikan bantuan. Di dalamdapur para ipar dan keponakan berkumpul semua, namun sejak10 tahun lalu jumlahnya semakin sedikit.”
“Setelah selesai sarapan pagi, mereka pergi menuju ladang.Pada sorenya setelah pekerjaan di ladang selesai, di halamandepan rumah mereka menyusun biji-bijian dan sayurmayur yang diambil dari ladang, kemudian mulai menyiapkanmakanan untuk makan malam.”
Dapur kuno pada rumah ini terlihat gelap karena dindingnyatertutup jelaga hitam, tetapi sebenarnya kondisinya bersih.Apron milik Ibu Un-Am tak pernah lepas dari bau asap dapur,namun bau asap dapur tersebut bagi anak-anak mengingatkanmereka akan kampung halamannya.
Sebagian besar auladi depan kamar tidurutama ditempati perabotdapur, termasuklemari tembikar dan petiberas. Rak-rak setinggi didinding digunakan untukmenyimpan nampan,meja makan portabeldan piring yang tidak terpakai.Di sebuah rumahtradisional Korea, aula dibagian dalam merupakanperpanjangan dapur.
Dapur kuno yang saya lihat pada saat itu terlihat gelapkarena ditutupi jelaga, namun sebenarnya dapur tersebut bersihdan rapi. Asap yang keluar dari dalam tungku ketika memasaknasi dengan kayu bakar dan ranting pinus membuat dindingdan atap dapur menghitam. Di sisi lain, rambut Ibu Un-Amyang memutih saat duduk di depan tungku api terlihat sangatkontras dengan jelaga yang hitam pekat. Pada saat itu saya berpikirbahwa jelaga dan rambut putih Ibu Un-Am semua tercipta di dapur merupakan homologi dengan akar yang sama.Ibu Un-Am tersebut selalu menggunakan apron berbau asap didapur, dan bau tersebut bagi anak-anak adalah bau yang mengingatkanakan kampung halaman mereka.
Pada tahun 1992, rumah tua itu pun akhirnya dirubuhkandan rumah baru dengan dapur modern dibangun. Dulu memasaknasi menggunakan tungku api tradisional, namun sekarangsudah menggunakan gas. Pemanas ruangan pun sudahmemakai bahan bakar minyak.
Perubahan Secara Perlahan dalam Satu Abad
Setelah melewatii proses modernisasi abad ke-20, KoreaSelatan mengalami perubahan yang sangat besar dalam berbagaibidang seperti politik, sosial, ekonomi, budaya dansebagainya. Perubahan tersebut tentu saja juga membuatkehidupan sehari-hari masyarakatnya berubah secara keseluruhan.Dan sudah pasti kesadaran masyarakatnya pun berubah.Sampai 10 tahun lalu dapur dianggap sebagai ruangan khususuntuk perempuan, namun saat ini pemikiran tersebut sudahtidak berlaku lagi. Anak-anak muda Korea saat ini menyebut‘Buok (dapur tradisional kuno)’ dengan kata ‘Jubang (dapurmodern)’. Penyebutan nama dapur tersebut sepertinya dikarenakankata ‘Buok’ terasa seperti sudah kuno atau ketinggalanzaman.
Selama masa 100 tahun terakhir, dapur di Korea sudah berkali-kali mengalami perubahan yang mengarah ke modernisasi.Pada saat ini perlu adanya perhatian terhadap perubahan strukturruangan pada dapur karena adanya poin yang menyatakanbahwa dapur adalah ruangan yang dapat mengekspresikankehidupan perempuan, baik dalam sudut pandang sempit ataupunsecara metafora. Pendorong terjadinya perubahan adalahkemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta komersialisasi.Singkatnya, perpaduan fungsionalitas dan rasionalitas buahdari peningkatan ilmu pengetahuan telah memudahkan pekerjaandapur para perempuan. Akan tetapi, jika menilik lagi prosestersebut, bukanlah suatu perjalanan yang mudah. Sebelumnyaharus menunggu fasilitas umum di kota sudah lengkap danmelakukan perubahan struktur rumah tradisional lebih dahulu.
Pada akhir tahun 1950-an, fasilitas penyediaan air di kotadimulai, namun masyarakat masih harus menunggu lagi 30tahun untuk dapat menikmati air yang dialiri sampai ke dapurrumah. Selain itu, mengatasi masalah bahan bakar yang menjadisalah satu persyaratan penting dari dapur modern tidaklahmudah. Bahkan pada tahun 1970-an pun, masyarakat kotamasih menggunakan briket. Akhirnya pada tahun 1980-an,sistem pengaturan panas untuk kamar dan untuk memasak padarumah tangga dibuat secara terpisah.
Jika melihat modernisasi secara lebih dekat, pada masa 100tahun terakhir terlihat bahwa para perempuan pada rumah ParkGyeong Jung memiliki keinginan untuk bergerak maju. Tiap-tiapdari mereka telah melakukan perubahan dari posisi masingmasing,dan walaupun terbatas, namun mereka bermimpi untukmembalikkan kehidupan mereka. Saya ingin sekali memberitahukananak-anak perempuan saya proses dari usaha merekauntuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan sambil mencarikenyamanan dan rasionalitas.
Rumah yang Rapi Tercipta oleh Hati Nyonya Rumah
Wawancara dengan Kang Jeong Suk, nyonya rumah di rumah Park Gyeong Jung
Pada awal musim panas tahun ini, saya pergi ke rumah ParkGyeong Jung yang dikenal sebagai rumah kuno cendikiawanpada akhir masa kerajaan Joseon dan melihat sudut halamanrumah tertutup oleh bunga-bunga dari pohon teh hijau yangberjatuhan sehingga membuat daun-daunnya yang hijauterlihat semakin segar. Saya disambut dengan baik oleh ParkGyeong Jung dan istrinya, Kang Jeong Suk, yang membuatsaya terpukau dengan bentuk dari rumah tradisional yangindah dan kemampuan pemilik menjaganya dengan baik.
Kang Jeong-suk,nyonya rumah ParkGyeong-jung, memasakdi dapur barunya yangdibangun di sayap yangterpisah.
Hahm Han-hee: Walaupun rumah ini besar dan sudah tua, tapitetap bersih dan rapi. Saya benar-benar ingin tahu bagaimanaAnda menjaga dan merawat rumah sebesar ini.Kang Jeong-suk: Ibu sudah meninggal 7 tahun lalu, dania menjalani kehidupan yang sangat keras. Setiap hari ibumelakukan pekerjaan rumah karena saya bekerja mengelolataman kanak-kanak, sehingga ia sangat membantu sayasebagai menantunya.Hahm: Memang selayaknya penghargaan diberikan kepada ibumertua, namun bagaimana pun juga hidup di rumah mertuasepertinya adalah hal yang sulit, bukan?Kang: Ketika saya pindah ke rumah mertua, nenek darisuami saya sudah meninggal. Anggota keluarga suami sangatbanyak mulai dari kakek suami, ibu dan bapak mertua, sertaadik-adik ipar. Ibu mertua saja memiliki 6 anak laki-laki. Lalu,kakek dari suami juga sering didatangi banyak tamu.
Tidaklama setelah saya pindah ke rumah mertua, pada hari kelimadi bulan Januari diadakan upacara peringatan wafatnyakakek. Karena itulah, begitu pertama kali sampai di rumahmertua, saya langsung mengikuti upacara tersebut. Sampaisaat ini saya sudah mengikuti lebih dari 20 upacara yangdilakukan setiap tahun walaupun diadakan di musim panasyang udaranya sangat panas. Kemarin malam, saya mengikutiupacara peringatan wafatnya kakek buyut dari suami, lalutanggal 22 Juli upacara peringatan wafatnya kakek dan padabulan Agustus akan ada upacara wafatnya bapak mertua.Hahm: Sejak dahulu, cucu menantu memegang peranansangat penting dalam suatu rumah yang dikenal denganistilah ‘benang jahit’. Mengerjakan hal-hal tersebut di rumahsebesar ini pasti menjadi hal yang sulit, namun saya sangatkagum sekali melihat Anda menceritakan hal yang sudahAnda jalani selama 40 tahun lebih seolah baru saja terjadikemarin. Mengadakan begitu banyak upacara peringatanwafatnya leluhur pasti membutuhkan dapur yang sangatbesar, bukan?Kang:Ketika pertama kali datang ke rumah ini pun, dapurlama itu yang digunakan. Kami memasak dengan air sumuryang ditimba dengan ember. Berbeda dengan rumah lain,di dapur rumah ini drainase sudah terpasang sehinggamemudahkan pekerjaan. Air buangan dapat mengalir keluar.Tungku apinya pun saat ini terkadang masih dipakai. Dapuritu masih dipakai untuk hal-hal besar seperti ketika adaperayaan besar ataupun peringatan wafatnya, dan ketikamembuat kaldu sapi atau membuat kecap. Nasi yangdimakan sehari-hari tidak dimasak di dapur itu.Hahm: Apa yang menyebabkan dibuatnya dapur modern dirumah ini?Kang: Di dapur lama kita harus menyalakan api di tungkutradisional untuk memasak nasi dan hal tersebut sangatmelelahkan, sehingga akhirnya di bagian luar rumahdibuatlah dapur modern. Dapur modern ini dibangunsekitar 20 tahun lalu.
Hahm Han-heeProfesor Departemen Arkeologi dan Antropologi Budaya Universitas Nasional ChonbukAhn Hong-beomFotografer