메인메뉴 바로가기본문으로 바로가기

Brick by Brick

2024 SPRING

Sensasi Ruang Kosong Arsitek Choi Wook

Choi Wook, arsitek direktur ONE ON ONE architects, mengatakan bahwa arsitektur Barat bersifat ikonografis, sedangkan arsitektur Korea tidak dapat dijelaskan dengan cara itu. Dia berupaya menerapkan cara ekspresi Korea dalam arsitekturnya. Karena alasan ini, dia terus-menerus mengeksplorasi bentuk ruang khas Korea melalui pengalaman dan intuisi, daripada berfokus pada estetika bentuk visual.
Choi Wook

Choi Wook lebih memperhatikan komposisi spasial dibandingkan bentuk visual. Ia berfokus pada hubungan antara bangunan dan lingkungannya serta komunikasi antara interior dan eksterior.
© texture on texture



Pada November 2021, Museum Nasional Korea membuka ‘Ruang Kontemplasi Tenang ( Room of Quiet Contemplation) ’ yang baru dibangun. Ruang ini didedikasikan untuk dua Patung Perunggu Bodhisattva Maitreya Termenung, yang masing-masing dibuat pada akhir abad ke-6 dan awal abad ke-7 dan ditetapkan sebagai harta nasional no. 78 dan no. 83. Saat memasuki ruang dengan warna tanah setelah melewati jalan masuk gelap, pengunjung dapat menemukan senyum Maitreya yang dicintai oleh orang Korea.

‘Ruang Kontemplasi Tenang’ menunjukkan pertimbangan keamanan harta nasional di luar showcase dan upaya berani untuk memungkinkan pengamatan 360 derajat. Sambil mempertahankan makna dan nilai asli patung, ruang ini menerapkan metode pameran baru yang memberikan sensasi ruang yang melampaui waktu dan ruang. Ruang tempat pengunjung bertemu dengan patung-patung ini berukuran 24 meter, panjang yang sama dengan panggung teater kecil yang memungkinkan penonton untuk membaca ekspresi aktor dengan baik. Kedua patung ditempatkan secara bergeser pada podium berbentuk elips. Lantai dan langit-langit yang miring sekitar 1 derajat mengarah ke patung, dan dindingnya diselesaikan dengan bahan alami seperti tanah dan arang yang menyerap cahaya. Berkat hal ini, hanya patung perunggu saja yang bercahaya dalam ruangan.

Dengan mempertimbangkan peraturan kebakaran bangunan, langit-langitnya dibangun dengan batang aluminium, bukan permukaan hitam yang luas dan datar. Berkat kepadatan batang aluminium, langit-langit memberikan kesan seperti langit malam yang luas.

“Saya ingin memecah metode perspektif visual. Jika tidak ada titik pusat visual, orang akan bergerak secara alami, seperti berkeliling stupa. Saya lebih berfokus pada menyampaikan suasana spiritual daripada logika geometris yang ketat.”

The National Museum of Korea’s Room of Quiet Contemplation

Ruang Kontemplasi Tenang di Museum Nasional Korea membuka babak baru dalam metode pameran. Ruang ini diciptakan untuk memungkinkan pandangan 360 derajat dari dua bodhisattva yang termenung dan memberikan jarak yang tepat antara pengunjung dan pameran.Atas perkenan arsitek ONE O ONE; Foto oleh Kim In-chul

Eksplorasi terhadap Arsitektur Korea

“Saya pergi belajar ke Universitas Arsitektur Venice, yang pada saat itu merupakan salah satu universitas yang mendapatkan perhatian besar di Eropa. Para intelektual progresif dan sarjana arsitektur berkumpul di universitas itu. Saat belajar arsitektur barat yang logis dan didasarkan pada rasionalisme, saya menyadari bahwa sistemnya sangat berbeda dengan Korea. Masuk era Renaisans, muncul ruang yang dibangun dengan metode perspektif, yang membuat fasad menjadi penting. Namun, sepertinya fasad tidak terlalu penting dalam arsitektur Korea. Saya mulai merasa curiga bahwa kita mungkin memiliki sistem yang berbeda.”

Pertanyaan dari musisi kontemporer yang ditemuinya di tangga perpustakaan Andrea Palladio di Vicenza selama masa studi juga menarik.

“Musisi itu mengatakan bahwa musik Korea sangat aneh. Dalam musik barat, nada-nada berinteraksi untuk menciptakan harmoni, sedangkan dalam musik Korea, ada lima nada yang bergerak secara independen. Mereka tidak bertemu. Kemudian saya memahaminya sebagai dunia paralel. Itu sangat berbeda dengan komposisi barat.”

Keingintahuan untuk memahami arsitektur Korea dengan lebih baik berangsur-angsur terpuaskan setelah pulang dari luar negeri dan melakukan penjelajahan arsitektural. Dia memperhatikan keberadaan fondasi yang disusun sesuai dengan kondisi alam di tanah Korea yang berbukit banyak. Lanskap komunitas yang terbentuk dari kumpulan kecil lahan pertanian juga sangat memikat. Pada awal tahun 2000-an, dia terkejut menyaksikan hilangnya rumah-rumah hanok di Bukchon karena pengembangan perkotaan. Pada saat itu dia membuka kantor di sebuah hanok di Bukchon. Itu adalah waktu untuk mengalami dan mengamati ciri-ciri hanok. Waktu eksplorasi ini segera membawa hasil.

Dalam seri Hyundaicard Library seperti Hyundaicard Design Library pada tahun 2012 dan Hyundaicard Cooking Library pada tahun 2016, perhatian diberikan pada sensasi yang diberikan oleh ruang itu sendiri, seperti cahaya, suara, dan wangi. Selain itu, dalam proyek Hyundaicard Yeongdeungpo Office Building pada tahun 2013, lantai lobi diperluas ke luar sehingga batas antara dalam dan luar bangunan itu hilang. Di beberapa gedung tinggi, bagian bawah yang dirancang dengan mempertimbangkan aliran tanah di sekitarnya difungsikan sebagai fondasi, sementara bagian atas dibuat untuk menghilangkan kehadirannya sehingga memudarkan keberadaan fasad. Di lobi, dengan memungkinkan cahaya masuk dari berbagai arah, dia menciptakan cahaya cerah yang tidak menimbulkan bayangan di dalam ruang. Dalam arsitektur modern yang dibangun dengan sistem arsitektur barat, ia mencoba pendekatan Asia yang berfokus pada sensasi yang dapat dirasakan melalui pengalaman.

Hyundai Card Design Library from an existing gallery in Gahoe-dong

Choi Wook merenovasi Hyundai Card Design Library dari galeri yang ada di Gahoe-dong untuk menonjolkan keindahan ruang hampa. Jendela dipasang di tiga sisi yang mengelilingi halaman untuk mengundang cahaya dan bahan kontras seperti kayu dan baja tahan karat digunakan.
Atas perkenan arsitek ONE O ONE; Foto oleh Namgoong Sun

The Hyundai Card Yeongdeungpo Office Building

Gedung Perkantoran Hyundai Card Yeongdeungpo dirancang untuk menyatu dengan lingkungan sekitar. Lantai lobi diperluas ke bagian luar untuk menghilangkan batas antara bagian dalam dan luar, sementara dinding tirai bangunan menyelaraskannya dengan struktur di sekitarnya.
Atas perkenan arsitek ONE O ONE; Foto oleh Namgoong Sun

Aliran Ruang

“Arsitektur tradisional kami membentuk sifat dan ukuran ruang serta gerakan manusia melalui penampang tanah dan pondasinya. Mungkin ini terdengar seperti cerita biasa, tetapi kami pertama-tama mencoba memahami tanah dan situasi sekitarnya dulu. Kemudian kami berusaha menciptakan sebuah rangkaian penampang yang berkesinambungan, yaitu hubungan antara tanah tempat bangunan berdiri dan sekitarnya. Topik yang penting adalah menyesuaikan tekstur lantai, suhu ruangan, dan warna.”

Sulwhasoo, merekheritage Amorepacific, membuka ‘Gahoe-dong Duzip’ di kawasan Gahoe-dong, Seoul pada tahun 2022. Tempat ini menunjukkan pendekatan arsitektur Choi Wook dengan jelas. Proyek ini merupakan renovasi hanok modern yang dibangun pada tahun 1930-an di pinggir jalan utama dan bangunan bergaya barat dari tahun 1960-an. Ini tidak hanya tentang menghubungkan dua bangunan dari era dan gaya yang berbeda menjadi satu, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan aliran ruang ketika beberapa bangunan dikelompokkan bersama.

Dia menciptakan aliran tanah dengan mencerminkan tapak hanok asli dan menghancurkan tembok penahan setinggi 6 meter untuk menghubungkan halaman tengah hanok di bagian depan dengan bangunan barat di belakang. Membuat lantai bawah tanah di bangunan barat untuk menghubungkannya dengan halaman hanok merupakan tugas yang sangat rumit dan sulit, tetapi melalui ini, masalah struktural terpecahkan. Selain itu, setelah memikirkan bagaimana menonjolkan keunggulan hanok, dia memasang pintu dan jendela dengan kaca transparan di hanok dan membuat pandangan mengalir secara diagonal melalui ruang antarbangunan.

Korean-style space

Gahoe-dong Duzip (Dua Rumah di Gahoe-dong) menunjukkan minat arsitek dalam menerapkan ruang bergaya Korea. Untuk memadukan hanok yang sudah ada dan bangunan bergaya Barat, ia melepas tembok penahan yang berdiri di tengah dan menciptakan halaman.
Atas perkenan arsitek ONE O ONE; Foto oleh Kim In-chul

DNA yang Khas

Dengan disponsori Hyundai Card, penerbitan “Domus Korea”, yaitu edisi lokal dari majalah desain arsitektur Italia “Domus” secara bertahap memperjelas perspektif Choi Wook tentang arsitektur. Mulai dari edisi pertama November 2018 hingga edisi musim gugur tahun 2021, total 12 volume telah diterbitkan. Majalah ini menjadi kesempatan bagus bagi Choi Wook untuk bersama-sama mempertimbangkan karakteristik arsitektur Korea yang telah lama ia teliti dengan berbagai kritikus, penulis, dan arsitek. Melalui pekerjaan ini, ia telah menggali kata kunci seperti tanah, dasar, penjajaran, pengelompokan, dan sensasi kekosongan (sensasi terhadap ruang yang kosong).

“Sebagai orang yang telah hidup di tanah ini, itu bisa dianggap sebagai bentuk penghormatan. Saya lebih tertarik pada DNA dan budaya unik tanah ini daripada konsep besar ‘Korea’. Hal-hal itulah yang ingin saya pahami.”

Choi Wook mulai dengan memahami karakteristik tanah dan kemudian menemukan tema dalam arsitektur yang paling tepat mencerminkannya. Ini termasuk dalam ruang lingkup pengalaman dan intuisi yang tidak dapat dijelaskan dengan sistem logis.

“Arsitektur Korea diciptakan dengan menginterpretasikan kondisi tanah, hubungan dengan cahaya, dan kegunaan, maka suasana ruang lebih penting daripada fasad bangunan itu sendiri,” ujar Choi Wook. Seperti yang dia katakan, di rumah-rumah tersebut, bukan bentuk fisik arsitektur yang dimaksimalkan, tetapi kesan di sekitarnya seperti ruang antar bangunan, sinar matahari, angin, suara burung, dan suara ombak yang lebih dulu menarik perhatian.

“Profesor Kim Tai-soo, yang mendesainMuseum Nasional Seni Modern dan Kontemporer di Gwacheon, dulu berkata seperti ini. Ada yang mengatakan bahwa era maestro telah berakhir dan era modernisme dimulai, namun pada tahun 1980-an modernisme pun telah berakhir dan sekarang sudah eraauto-foundation.

Maksudnya ini era di mana setiap orang membuat dasarnya sendiri. Saya juga memiliki kenangan unik dari masa kecil. Saya sering mengatakan kepada anggota One on One bahwa kenangan dan pengalaman pribadi lebih penting daripada sekadar selera. Kami bisa membaca dan membuat karya melalui narasi kami sendiri.”

The House with Chukdae

The House with Chukdae, tempat tinggal Choi Wook, adalah contoh sempurna dari merek arsitekturnya. Rumah ini memanfaatkan topografi situs, sementara dinding diminimalkan sehingga pergantian musim dapat dirasakan lebih maksimal. Foto tersebut memperlihatkan ruang makan yang digunakan Choi dan istrinya Jinnie Seo, seorang seniman instalasi.
Atas perkenan arsitek ONE O ONE; Foto oleh Namgoong Sun

The Seaside House

Seaside House yang menjadi tempat tinggal kedua Choi Wook dibangun secara sederhana sehingga menyatu dengan desa nelayan sederhana di mana ia berada. Dindingnya dilapisi dengan plester. Kurangnya perhatian dipenuhi oleh aspek fungsional, dan banyak jendela besar dipasang untuk menghadirkan pemandangan laut ke dalam rumah.

Atas perkenan arsitek ONE O ONE; Foto oleh Kim In-chul

GENESIS Lounge

GENESIS Lounge milik Hyundai Motors yang terletak di lantai 5 Shilla Seoul terinspirasi oleh madang (halaman) dan daecheong (aula utama) rumah tradisional Korea. Untuk mengimbangi langit-langit rendah pada ruang interior, digunakan bahan reflektif pada langit-langit untuk memberikan kesan tinggi.
Atas izin arsitek ONE O ONE, foto oleh Kim In-chul

Lim Jin-young Direktur OPENHOUSE Seoul

전체메뉴

전체메뉴 닫기