Ketika hari Chuseok datang, orang Korea saling memberi buah pir sebagai buah tangan. Pir yang besar dan berwarna emas kekuningan mengingatkan orang akan daun musim gugur serta merupakan salah satu buah paling digemari orang Korea. Selain itu, pir sering dipakai untuk masakan dan pengobatan tradisional. Bukan hanya itu, akhir-akhir ini pir juga mendapat perhatian banyak sebagai bahan pengganti microplastics.
Pir adalah buah yang membuat orang merasa segar. Jika orang mencium buah pir yang besar, matang, dan berwarna emas, dia seakan sudah merasa segar dan dapat menikmati rasa manis pir hanya dengan mencium aromanya. Di dunia Barat, pir dijual saat belum matang, sedangkan di Korea pir dijual saat sudah matang, sehingga bisa langsung dimakan setelah dibeli.
Pir mengandung serat, kalium, vitamin C, dan berbagai antioksidan selain air dan gula. Di samping itu, pir juga mengandung fruktosa dan sorbitol, sehingga dapat menyebabkan perut sakit jika dimakan terlalu banyak. Akan tetapi, pir juga membantu orang yang menderita sembelit. Dalam pengobatan tradisional, pir digunakan sebagai bahan obat untuk meredakan batuk, menghilangkan rasa mabuk, dan mengobati sembelit. Akhir-akhir ini, ditemukan juga jika pir dapat membantu dalam mengatur tekanan darah karena kandungannya yang kaya kalium.
Apa yang mengejutkan seluruh dunia adalah penjelasan Profesor Manny Noakes dalam wawancara di CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization), Australia. Dalam wawancara itu, dia menjelaskan bahwa jika orang minum jus pir Korea sebelum minum alkohol, hal itu sangat membantu dalam menghilangkan rasa mabuk. Meskipun belum diketahui secara tepat, unsur apa dari pir yang membawa efek tersebut, diperkirakan bahwa jus pir Korea membantu metabolisme alkohol dalam tubuh dengan meninggikan kegiatan enzim yang berkaitan dengan metabolisme alkohol. Ditemukan bahwa untuk efek yang lebih baik, jus pir Korea sebaiknya diminum sebelum minum alkohol daripada sesudahnya. Namun menurut hasil penelitian yang telah dilakukan di Korea, Jepang, dan Amerika sebelumnya, efek itu tidak muncul pada semua orang karena efeknya dapat berbeda, tergantung pada jenis genetik orang.
Buah Putih dalam Keluarga Mawar
Di dunia Barat, tipe tubuh orang digolongkan dengan tipe apel dan tipe pir. Penggolongan itu berdasarkan pada bentuk kedua buah itu. Apel mempunyai bentuk yang bagian atasnya besar dan bagian bawahnya kecil, sedangkan pir mempunyai bentuk yang bagian bawahnya kecil seperti bola lampu. Oleh karena itu, orang yang bertubuh tipe apel, biasanya perut dan pinggangnya besar sedangkan orang yang bertubuh tipe pir, pinggangnya kecil tetapi pantatnya besar. Pada umumnya laki-laki bertubuh tipe apel. Kemudian, jika seseorang berpinggang besar, maka hal itu menunjukkan bahwa tubuhnya memiliki banyak lemak dan kemungkinan besar dia menderita sindrom metabolisme seperti diabetes dan penyakit jantung.
Berbeda dengan di Barat, pir di Korea berbentuk mirip dengan apel. Oleh sebab itu, pir Asia sering disebut sebagai ‘pir apel’. Biasanya pir Korea berukuran lebih besar daripada apel dan berwarna emas kekuningan, berbeda dengan apel yang berwarna merah atau hijau. Akan tetapi, dari sisi bentuk, kedua buah tersebut tidak memiliki perbedaan karena keduanya berbentuk bulat. Sebenarnya pir dan apel digolongkan ke dalam keluarga mawar (Rosaceae). Mereka berasal dari Eurasia dan merupakan buah pome (pome fruits) yang tumbuh dari kelopak bunga. Namun jika digigit sekali, orang dapat langsung membedakan antara apel dan pir. Apel terasa agak kering karena seperempat dalam volumenya terdiri dari udara, sedangkan pir mengeluarkan air jika digigit.
Hiasan, Penambah Rasa
Buah pir, salah satu buah favorit orang Korea, disajikan sebagai hidangan penutup dan sering juga digunakan untuk memasak. Ini juga telah banyak digunakan dalam obat tradisional untuk membantu meredakan batuk, menyembuhkan mabuk, dan meringankan sembelit.
Pir yang mengandung enzim proteolisis sering dipakai untuk mengasinkan daging sapi supaya menjadi lunak dalam masakan bulgogi atau galbi. Di samping itu, pir yang renyah dan manis juga disajikan bersama yukhoe (masakan daging mentah).
Dari catatan masa lalu, ditemukan bahwa pir yang dipotong kecil-kecil digunakan sebagai hiasan untuk berbagai masakan. Dalam Dongguk sesigi (1849), sebuah catatan mengenai sejumlah upacara adat istiadat pada zaman kejaan Joseon, ditulis, “Goldongmyeon adalah masakan mi yang dibuat dari japchae, pir, kastanye, daging babi dengan kecap asin dan minyak goreng. Di samping itu, Joseon yori jebeop (Berbagai Resep Masakan Korea) edisi 1921, sebuah buku masakan modern, juga menyarankan untuk menggunakan pir yang dipotong kecil-kecil sebagai hiasan untuk bibimbap. Dalam Joseon mussang sinsik yori jebeop (Berbagai Resep Masakan Korea yang Baru) yang ditulis pada tahun 1924, ditemukan pula bahwa pir adalah salah satu bahan untuk masakan japchae.
Bagaimanapun jika orang berpikir tentang buah pir, maka yang paling pertama muncul dalam benaknya adalah dongchimi (kimchi dingin yang dibuat dari lobak) dan naengmyeon (mi dingin). Myeongwolgwan, sebuah rumah makan yang paling terkenal di Seoul pada awal abad ke-20 yang meraih kesuksesan luar biasa dengan dongchimimyeon, masakan untuk keluarga raja pada zaman kerajaan Joseon.
Buin pilji (Buku Esensial untuk Para Ibu Rumah Tangga) yang diterbitkan pada awal tahun 1900 memperkenalkan ‘Myeongwolgwan naengmyeon’ sebagai masakan mi yang dibuat dari kuah dongchimi, pir, lobak, citron, dan irisan daging babi. Pada zaman sekarang sulit ditemukan di restoran bibimbap dan japchae yang terdapat pir di dalamnya, tetapi bibim guksu (sejenis mi dingin) masih tetap disajikan bersama pir yang dipotong kecil-kecil. Selain itu, cara masak dongchimi yang menggunakan pir masih dipertahankan baik di restoran maupun di rumah tangga sampai sekarang.
Pir Liar yang Beraroma Kuat
Pada zaman dulu, buah pir terlalu kasar dan asam untuk dimakan langsung. Gyuhap chongseo, (Ensiklopedia untuk Wanita) memperkenalkan cara masak hyangseolgo dengan menggunakan buah pir sebagai berikut: “Sebuah munbae (buah pir liar) dikupas, dipotong lalu dicampurkan dengan biji merica hitam. Setelah itu, masukkan ke dalam air madu dengan jahe lalu direbus sampai warna pir menjadi merah dan biji merica menjadi lembut. Hanya pir yang berasa asam berubah warna menjadi merah dalam proses masak tersebut. Jika pir tidak berasa asam, sebaiknya ditambahkan omija (schisandra berry) untuk masakan itu. Jika hyangseolgo ingin dimakan bersama jeonggwa (makanan buah yang dikeringkan dengan madu), lebih baik pir direbus dalam waktu lama sampai air berkurang. Jika hyangseolgo ingin dipakai sebagai kuah untuk sujeonggwa (minuman yang dibuat dari cinnamon dan kesemak), lebih baik pir direbus dalam waktu singkat, lalu ditambahkan bubuk cinnamon dan pine nut.”
Baesuk juga dimasak dengan cara yang mirip dengan cara masak hyangseolgo. Untuk masakan baesuk, potongan buah pir dilubangi dengan menggunakan sumpit, lalu biji merica dimasukkan ke dalam lubang itu. Setelah itu, rebus dengan air, jahe dan madu. Munbae (buah pir liar) yang dipakai untuk kedua masakan itu adalah buah pir yang kecil, keras, berasa kurang manis dan sangat asam. Pada zaman sekarang pir itu dipanggil sebagai dolbae yang secara harfiah berarti pir batu dalam bahasa Korea.
Ketika Presiden Moon Jae-in dan Kim Jong-un, pemimpin Korea Utama mengadakan KTT di Panmunjom pada 27 April 27 tahun 2018, mereka bersulang dengan minuman keras yang disebut munbaeju pada saat makan malam. Nama munbaeju diberikan karena minuman itu beraroma munbae yang berasal dari daerah Pyongan. Meskipun minuman itu tidak berbahan munbae, namun layak dicoba jika ingin mengenal aroma munbae. Sementara itu, leegangju, minuman keras yang berasal dari Jeonju kaya dengan aroma pir, sehingga sangat populer bagi orang yang ingin mencoba aroma pir. Minuman itu dibuat dari soju, pir, jahe, kunyit, cinnamon dan madu.
Pir disajikan dengan tartare daging sapi, atau yukhoe, karena teksturnya yang renyah dan rasanya yang manis.
Pir yang mengandung enzim proteolisis (proteolytic) sering dipakai untuk mengasinkan daging sapi supaya daging menjadi lunak dalam masakan bulgogi atau galbi. Di samping itu, pir yang renyah dan manis juga disajikan bersama yukhoe (masakan daging mentah).
Pengganti Microplastics
Akhir-akhir ini banyak dilakukan penelitian yang membahas pir sebagai pengganti microplastics. Pada masa lalu, para ahli berusaha menemukan cara untuk mengurangi sel batu yang kasar dalam pir supaya pir menjadi lembut. Akan tetapi, sekarang sel batu tersebut malah digunakan sebagai pengganti microplastics, salah satu bahan untuk pasta gigi, dan bahan alat kosmetik. Sel batu dalam pir tidak baik untuk dimakan, tetapi bagus untuk menjadi pengganti bahan yang dipakai sebagai exfoliant pada alat kosmetik dan abrasive pada pasta gigi. Jika penelitian berhasil, sisa pir yang telah dipakai dalam jus atau yang rusak karena terjatuh di tanah diharapkan dapat dimanfaatkan, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
Pir parut tipis digunakan untuk menghiasi berbagai hidangan, termasuk mie dingin.
Baesuk, minuman pir yang berasal dari masakan istana, dibuat dengan memasukkan lada hitam ke dalam potongan pear yang kemudian direbus dengan irisan tipis jahe dan madu. Obat batuk, campurannya dibiarkan dingin sebelum diminum.